Sumenep, Salam News. Id – Pengajian Kitab Nashaihul Ibad merupakan kegiatan yang memiliki kedalaman spiritual dan hikmah. Kegiatan Pengajian Kitab Nashaihul Ibad ini, diasuh langsung oleh KH. Abdullah Cholil, M.Hum, setiap tiga bulan sekali yang diikuti oleh para Alumni PP Al Usymuni Tarate, menurut beliau Kitab Nashaihul Ibad ini, berisi tiga puluh khotbah, empat di antaranya merupakan hadits, sementara sisanya adalah jejak para sahabat dan tabi’in. Kitab ini memiliki banyak nilai luhur yang diambil dari wahyu Allah dan ajaran Rasulullah SAW, untuk membentuk karakter umat Islam menjadi lebih baik dalam hidup sosial.
Pada pasal pertama kitab tersebut, terdapat sebuah hadits yang sangat terkenal. Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua sifat yang tidak ada yang lebih baik dari keduanya: keimanan kepada Allah dan memberi manfaat kepada umat Islam.” Dalam hadits ini, Nabi SAW menegaskan pentingnya dua aspek utama dalam kehidupan umat Islam: keimanan yang kuat kepada Allah serta kontribusi terhadap kesejahteraan umat.
Keimanan kepada Allah tidak hanya terbatas pada kata-kata, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan nyata. Manfaat bagi umat Islam bisa diberikan dengan berbagai cara: berbicara dengan baik, menyumbangkan harta, ataupun membantu secara fisik. Rasulullah menekankan bahwa setiap amal yang dilakukan untuk kebaikan umat Islam akan mendapat pahala yang besar di sisi Allah SWT.

Beliau juga bersabda, “Barangsiapa yang bangun tidur dalam keadaan tidak berniat menzalimi orang lain, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya.” Hadits ini mengajarkan kita tentang pentingnya niat yang baik sejak awal hari. Apabila seseorang berniat untuk menolong sesama, memenuhi kebutuhan orang lain, atau bahkan membebaskan orang dari kesusahan, maka Allah akan memberikan ampunan dan pahala.
Selain itu, dalam ajaran Rasulullah SAW, disebutkan bahwa hamba yang paling dicintai oleh Allah adalah yang memberikan manfaat bagi umat manusia. Sebaik-baik amal adalah yang dapat menyenangkan hati seorang mukmin, menghilangkan rasa lapar, atau bahkan membebaskan seseorang dari kesulitan. Ini menunjukkan bahwa amal yang bermanfaat bagi orang lain memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah.
Namun, ada dua perkara yang disebutkan oleh Nabi SAW sebagai hal yang sangat buruk. Yang pertama adalah menyekutukan Allah, yang merupakan dosa terbesar dalam Islam. Yang kedua adalah menyakiti kaum Muslimin, baik dalam tubuh maupun harta mereka. Perintah Allah SWT sangat jelas, yaitu untuk menyembah-Nya dan berbuat baik kepada sesama manusia.
Di dalam Kitab Nashoihul Ibad, juga terdapat pelajaran penting terkait dengan ilmu dan peran para ulama. Nabi SAW menganjurkan umat Islam untuk duduk bersama para ulama dan mendengarkan nasihat mereka. Ulama yang dimaksud adalah mereka yang memiliki pengetahuan tentang hakikat Allah dan kehidupan yang benar. Dengan mendekatkan diri pada para ulama, hati yang gelap akan tercerahkan dengan cahaya ilmu, sebagaimana bumi yang mati akan hidup kembali dengan hujan.
Hadits-hadits yang tercantum dalam kitab ini menegaskan betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan seorang Muslim. Ilmu bukan hanya sebagai sumber pengetahuan, tetapi juga sebagai penerang hati. Nabi SAW bersabda, “Hendaknya kalian duduk bersama para ulama, karena mereka adalah cahaya yang menghidupkan hati yang mati.”
Hal ini selaras dengan sebuah riwayat yang mengatakan bahwa duduk bersama orang-orang bijak dapat memperbaiki akhlak dan mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, pandangan mata seorang ulama yang bijak juga dapat memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan hanya mendengarkan kata-kata mereka. Sebab, ilmu dan ketulusan hati seorang ulama akan mempengaruhi setiap orang yang dekat dengannya.
Namun, dalam perjalanan sejarah umat Islam, Nabi SAW memperingatkan akan adanya masa-masa sulit. Akan ada waktu di mana umat Islam akan menjauh dari para ulama dan ahli hukum. Sebagai akibatnya, Allah SWT akan menguji umat dengan tiga cobaan. Pertama, Allah akan mencabut keberkahan dari kehidupan mereka. Kedua, Allah akan memberikan pemimpin yang zalim. Ketiga, umat akan meninggal dunia tanpa membawa iman yang benar.
Peringatan ini sangat relevan di zaman sekarang. Masyarakat yang jauh dari ilmu agama dan para ulama cenderung terjebak dalam kebingungan dan kesesatan. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk selalu mendekatkan diri pada ilmu, mengamalkan ajaran agama, dan berusaha menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama.
Mengakhiri pengajian Kitab Nashoihul Ibad ini, kita diajarkan untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang tidak hanya beriman, tetapi juga bermanfaat bagi umat Islam. Kita harus memiliki niat yang baik, menolong sesama, dan terus memperdalam ilmu. Sebagai umat yang hidup di dunia ini, kita tidak hanya dituntut untuk beribadah kepada Allah, tetapi juga untuk berbuat baik kepada sesama. Dengan demikian, kita akan memperoleh keberkahan dan ampunan dari Allah SWT.
Kitab Nashoihul Ibad mengingatkan kita bahwa keimanan yang kuat dan amal yang bermanfaat adalah inti dari kehidupan yang penuh berkah. Kita harus berusaha menjadi hamba yang dicintai Allah, yang mampu memberi manfaat bagi orang lain dan menjaga diri dari sifat-sifat yang merugikan umat Islam. Dengan demikian, kita dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.(Red/Part 1)
Refrensi Kajiannya,
باب الثنائي
وفيه ثلاثون موعظة أربعة أخبار والباقي آثار، ونعني بالأخبار أقوال النبي ﷺ، وبالآثار أقوال الصحابة والتابعين.
(فمنه) أي فالمقالة الأولى من المنبهات الثنائية (ما روي عن النبي ﷺ أنه قال: (خصلتان لَا شَيْءَ أَفْضَلُ مِنْهُمَا : الإِيمَانُ بِاللهِ والنَّفْعُ لِلْمُسْلِمِينَ) بالمقال أو بالجاه أو بالمال أو بالبدن.
قال رسول الله ﷺ : مَنْ أَصْبَحَ لَا يَنْوِي الظُّلْمَ عَلَى أَحَدٍ غُفِرَ لَهُ مَا جَنَى وَمَنْ أَصْبَحَ يَنْوِي نُصْرَةَ المَظْلُومِ وَقَضَاءَ حَاجَةِ الْمُسْلِمِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرٍ حَجَّةٍ مبرورة
وقال عليه السلام : أَحَبُّ العِبَادِ إِلَى اللهِ تَعَالَى أَنْفَعُ النَّاسِ لِلنَّاسِ، وَأَفْضَلُ الأَعْمَالِ إِدْخالُ السُّرُورِ عَلَى قَلْبِ المُؤْمِنِ يَطْرُدُ عَنْهُ جُوْعاً أَوْ يَكْشِفُ عَنْهُ كَرْبَاً أَوْ يقضي له دينا .
(وخصلتان لا شَيْء أخبث) أي أنجس (مِنْهُمَا الشِّرْكُ بِاللهِ وَالضُّرُّ بِالْمُسْلِمِينَ) في أبدانهم أو أموالهم فإن جميع أوامر الله تعالى ترجع إلى خصلتين التعظيم الله تعالى والشفقة لخلقه، كقوله تعالى: (وَأَقِيمُوا الصَّلوة وءَاتُوا الزكوة) [البقرة: الآية ٤٣ [وقوله تعالى أشكر لي ولوالديك. روى عن أويس القرني أنه قال : مررت في بعض سیاحتی براهب فقلت يا راهب ما أول درجة يرقاها المريد قال رد المظالم وخفة الظهر من التبعات فانه لا يصعد للعبد عمل وعليه تبعة أو مظلمة
(و) المقالة الثانية (قال) النبي (عليه السلام : عَلَيْكُمْ بِمُجَالَسَةِ الْعُلَمَاء) أى العاملين (وَاسْتِمَاع كلام الحكماء) أى العالمين بذات الله تعالى المصيبين في أقوالهم وأفعالهم (فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحْيِي الْقَلْبَ الْمَيِّتَ بِنُورِ الحِكْمَةِ) أى العلم النافع (كما يُحيي الأرض الْمَيْتَةَ بِمَاءِ الْمَطْرِ)
وفى رواية الطبراني عن أبي حنيفة جالسوا الكبراء وسائلوا العلماء وخالطوا الحكماء وفي رواية جالس العلماء وصاحب الحكماء وخالط الكبراء أى فان العلماء ثلاثة أقسام العلماء بأحكام الله تعالى وهو أصحاب الفتوى والعلماء بذات الله فقط وهم الحكماء ففي مداخلتهم تهذيب للأخلاق لأنهم أشرقت قلوبهم بمعرفة الله وأشرقت أسرارهم بأنوار جلال الله، والعلماء بالقسمين وهم الكبراء فان مخالطة أهل الله تكسب أحوالا سنية والنفع باللحظ فوق النفع باللفظ فمن نفعك لحظه نفعك لفظه ومن لا فلا. و
كان السهروردى يطوف في بعض مسجد الخيف بمنى يتصفح الوجوه فقيل له فيه فقال ان الله عبادا اذا نظروا الى شخص أكسبوه سعادة فأنا أطلب ذلك .
قال النبي ﷺ (سَيَأْتِي زَمَانٌ عَلَى أُمَّتِي يَفِرُّوْنَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالْفُقَهَاءِ فَيَبْتَلِيْهِمُ اللهُ بِثَلَاثِ بَلِيَّاتٍ : أُوْلاهَا يَرْفَعُ الله البَرَكَةَ مِنْ كَسْبِهِمْ . وَالثَّانِيَةُ يُسَلِّطُ الله تَعَالَى عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا ظَالِمًا ، وَالثَّالِثَةُ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الدُّنْيَا بِغَيْرِ إِيْمَانِ)