 |
YABHYSA gelar workshop panduan implementasi PPI di Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk Sumenep (salamnews.id/istimewa) |
Sumenep, SalamNews.Id – Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA) Kabupaten Sumenep menggelar workshop panduan impelementasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) TB Paru.
Kegiatan yang dipusatkan di Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep ini berlangsung selama tiga hari, 27 Februari 2023-1 Maret 2023.
Turut hadir dalam kegiatan ini Kepala Dinas Kesehatan Sumenep Agus Mulyono, perwakilan Kementrian Agama Sumenep, Pimpinan Ponpes Annuqayah, Tim PPI Rumah Sakit Islam Kalianget Sumenep, Kepala Puskesmas Guluk-Guluk, dan Kader TB Paru.
Ketua Staf YABHYSA Sumenep Zetiawan Trisno mengatakan, kegiatan tersebut dalam rangka mengembangkan model dan rekomendasi panduan PPI pada congregate setting.
“Salah satunya PPI Pondok Pesantren yang saat ini belum ada khususnya PPI TBC,” kata Iwan, sapaan akrabnya.
Diketahui, kegiatan ini juga diisi oleh narasumber yang berasal dari Dinas Kesehatan P2kb Sumenep yakni Hj Kus selaku Kabid P2 dan dr Amin selaku Ketua Tim PPI RSI Garam Kalianget.
Selain itu, turut hadir juga PR Konsorsium Penabulu-STPI Paski Hidayat sebagai Fasilitator yang ditemani Siti Maslamah, PMELC SR YABHYSA Jatim.
Dalam pelaksanaanya, workshop ini dibagi dalam tiga sesi selama tiga hari. Di hari pertama, diisi pemaparan informasi TB di Kabupaten Sumenep. Kemudian dilanjutkan penyampain panduan PPI TBC di congregate setting; kewaspadaan standar, kewaspadaan berbasis transmisi, pengendalian administratif, pengendalian lingkungan, pengendalian APD.
“Kegiatan di hari pertama juga terdapat pemeriksaan kesehatan gratis, penyuluhan dan skrining TBC di Ponkestren Annuqayah yang bekerja sama dengan RSI Garam Kalianget, Akademi Kesehatan Sumenep dan Puskesmas Guluk Guluk,” jelas Iwan.
Pada hari pertama ini, sambung dia, kegiatan diawali dengan penyuluhan TBC oleh Kader dan Akademisi, dilanjutkan skrining TBC, dan pemeriksaan dahak menggunakan TCM (Alat Tes Cepat Molekuler) yang dimiliki oleh Puskesmas Guluk Guluk dan pemeriksaan Kesehatan serta konsultasi Gizi oleh tim RSI Garam Kalianget yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi dan penunjang.
“Hasil kegiatan ini telah mampu memberikan pelayanan edukasi kepada kurang lebih 500 orang santri dan ditemukan 27 suspek TBC yang hasil pemeriksaan menunjukkan semuanya negatif,” tambahnya.
 |
Skrining kesehatan dan pemeriksaan dahak |
Sedangkan di hari kedua dilakukan kunjungan ke rungan fasilitas Ponpes setempat untuk mengukur ACH, Room Humidity (RH) atau kelembabaan ruang, temperatur, kualitas udara dalam ruangan tiap rungan.
“Kemudian dilanjutkan pelatihan simulasi; hand hygiene, memakai masker yang benar, etika batuk, dan penggunaan spill kit,” ujarnya.
Untuk hari terakhir, dilakukan penyampaian paparan hasil workshop PPI tersebut. Hasil visitasi/kunjungan ruangan dan hasil pengukuran ACH, RH, temperatur, dan kualitas udara dalam ruangan, rekomendasi prosedur PPI yang akan diimplementasikan di setting lokasi, alur mekanisme rujukan pasien TBC.
“Serta terdapat diskusi lanjutan dan feedback prosedur pengendalian dan pencegahan penularan TBC yang berkaitan; kewaspadaan berbasis transmisi di tempat kerja, pengendalian lingkungan, dan pengendalian APD,” urainya.
Sementara, Wakil Ketua III Yayasan Ponpes Annuqayah Kiai A Farid Hasan meminta Pemerintah Kabupaten Sumenep melalui Dinas Kesehatan P2KB dan Puskesmas Guluk Guluk dapat menugaskan dokter dan 4 perawat.
“Untuk membantu memberikan layanan kesehatan kepada santri dan warga sekitar pondok di Ponkestren Annuqayah,” harapnya.
Lebih lanjut, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep Agus Mulyono mengatakan, pihaknya memberikan dukungan penuh atas terselenggaranya kegiatan workshop ini.
“Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bagus dengan berbentuk workshop lokakarya yang saya support, hasil dari lokakarya ini akan menghasilkan suatu model bagaimana mengembangkan pencegahan pengelolaan PPI akibat dari TBC,” kata Agus Mulyono.
Ia berharap, Ponpes Annuqayah mendeklarasikan diri sebagai pondok pesantren pertama yang santrinya dinilai aman dari penyakit TBC.
“Kami juga berharap pondok pesantren yang tertua di Kabupaten Sumenep ini bisa eliminasi TBC di kalangan santri yang jumlahnya ribuan, dan semoga pada akhir tahun ponpes ini bisa mendeklarasikan diri sebagai pondok pesantren pertama yang tidak ada penyakit TBC,” pungkasnya. (qi/red)