Mengerti Makna Meringankan Shalat untuk Kepentingan Jamaah

- Pewarta

Kamis, 28 November 2024 - 09:33 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sumenep, Salam News, Id – Ustad Akhmad Ayriful Azis menjelaskan pentingnya memahami konteks dalam melaksanakan shalat berjamaah. Dalam riwayat yang diterima dari Abu Huraira radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menekankan agar seorang imam yang memimpin shalat berjamaah untuk meringankan bacaan dan gerakan. Hal ini penting untuk mengutamakan kenyamanan jamaah, mengingat tidak semua orang memiliki kondisi fisik yang sama. Ada yang mungkin sedang sakit, lemah, atau sudah lanjut usia, yang memerlukan perhatian khusus dalam setiap pelaksanaan ibadah.

Shalat Berjamaah: Meringankan untuk Kemudahan Jamaah

Ketika seorang imam memimpin shalat berjamaah, Rasulullah memberi petunjuk untuk memperhatikan kondisi jamaah. Menurut Ustad Akhmad Ayriful Azis, imam harus menyadari bahwa ada jamaah yang memiliki keterbatasan fisik. Oleh karena itu, meringankan shalat adalah cara yang tepat untuk memastikan semua bisa melaksanakan ibadah dengan nyaman. Meringankan dalam konteks ini bukan berarti mengurangi kualitas ibadah, tetapi lebih kepada memperhatikan keperluan fisik jamaah.

Ucapan KPU-HPN 2025

Pentingnya Keputusan Jamaah dalam Pelaksanaan Shalat Berjamaah

Salah satu poin yang ditekankan dalam riwayat ini adalah bahwa apabila seorang imam mengetahui bahwa jamaahnya lebih suka shalat yang sedikit lebih lama, ia tidak perlu merasa terbebani untuk memanjangkan doa atau bacaan. Ustad Akhmad Ayriful Azis menjelaskan bahwa jika para jamaah sudah menyetujui untuk memanjangkan bacaan, maka tidak ada larangan bagi imam untuk melakukan hal tersebut. Ini adalah bentuk kebijaksanaan dalam memimpin shalat berjamaah.

Makna Kebijaksanaan dalam Memimpin Shalat Berjamaah

Menurut penjelasan lebih lanjut dari Ustad Akhmad, kebijaksanaan dalam memimpin shalat berjamaah bukan hanya tentang mengetahui kapan harus meringankan atau memanjangkan shalat, tetapi juga tentang memahami keinginan dan kebutuhan jamaah. Beberapa jamaah mungkin lebih memilih shalat yang lebih singkat karena alasan kesehatan atau fisik, sementara yang lainnya mungkin lebih memilih yang lebih panjang. Imam yang bijak adalah imam yang dapat menyesuaikan diri dengan kondisi jamaahnya.

Baca Juga :  DPRD Sumenep SIDAK Sejumlah Puskesmas

Menjaga Kepentingan Jamaah dalam Beribadah

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali mengutamakan keinginan pribadi tanpa memikirkan keadaan orang lain. Namun, dalam hal ibadah, penting bagi seorang imam untuk selalu menjaga kepentingan jamaah. Sebagaimana diungkapkan oleh Ustad Akhmad, menyesuaikan ibadah dengan kondisi jamaah adalah tindakan yang sangat dihargai dalam ajaran Islam. Rasulullah mengingatkan kita untuk tidak membuat kesulitan bagi orang lain dalam menjalankan ibadah. Ini menunjukkan betapa pentingnya sikap saling menghormati dalam beribadah bersama.

Larangan Berlebihan dalam Ibadah Berjamaah

Namun, Ustad Akhmad juga menekankan bahwa ada batasan dalam hal memanjangkan ibadah berjamaah. Meskipun memanjangkan doa atau bacaan dapat diterima dalam beberapa kondisi, ada kalanya seseorang harus berhati-hati agar tidak memberatkan jamaah yang lain. Dalam ayat Al-Qur’an, Allah berfirman dalam Surah Al-Kahf ayat 110: “Dan tidak melibatkan siapa pun dalam menyembah Tuhannya.” Ayat ini mengingatkan bahwa setiap individu harus menjaga ibadahnya agar tidak merugikan orang lain dalam proses tersebut.

Pentingnya Menjaga Harmoni dalam Ibadah

Menurut Ustad Akhmad, meskipun dalam beberapa keadaan seseorang diizinkan untuk memperpanjang doa atau bacaan dalam shalat berjamaah, hal yang lebih penting adalah menjaga keharmonisan di antara jamaah. Jangan sampai keinginan pribadi untuk memperpanjang ibadah justru membebani jamaah lainnya. Ini adalah bentuk kedisiplinan dan rasa hormat terhadap sesama yang harus selalu dijaga dalam setiap pelaksanaan ibadah.

Baca Juga :  Dosa dan Penyesalan: Menjaga Hati Agar Selalu Kembali pada Allah

Ajaran Imam Syafi’i tentang Kesopanan dalam Beribadah

Dalam konteks fiqh, ajaran Imam Syafi’i tentang kesopanan dalam beribadah sangat relevan dengan pembahasan ini. Seperti yang disampaikan oleh Shirazi dalam karya “Kesopanan dalam Fiqh Imam Syafi’i,” seorang imam harus memperhatikan kenyamanan jamaah dalam setiap ibadah. Hal ini berkaitan dengan penerapan nilai-nilai kesopanan dan kebijaksanaan dalam memimpin shalat berjamaah, yang tidak hanya mengutamakan kualitas ibadah, tetapi juga kenyamanan fisik dan spiritual jamaah.

Kesimpulan: Kebijaksanaan dalam Shalat Berjamaah

Kesimpulannya, ajaran Rasulullah yang disampaikan oleh Ustad Akhmad Ayriful Azis mengingatkan kita tentang pentingnya kebijaksanaan dalam memimpin shalat berjamaah. Meringankan shalat untuk kenyamanan jamaah adalah tindakan yang mulia, sementara memperpanjang doa atau bacaan hanya dilakukan apabila sesuai dengan kebutuhan jamaah. Hal ini menunjukkan betapa Islam mengajarkan kesopanan, saling menghormati, dan menjaga keharmonisan dalam beribadah.

Refrensinya

والمستحب أن يخفف في القراءة والأذكار لما روى أبو هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: “إذا صلى أحدكم بالناس فليخفف فإن فيهم السقيم والضعيف والكبير وإذاصلى لنفسه فليطول ما شاء2” فإن صلى بقوم يعلم أنهم يؤثرون التطويل لم يكره التطويل لأن المنع لأجلهم وقد رضوا وإن أحس بداخل وهو راكع ففيه قولان: أحدهما يكره أن ينتظر لأن فيه تشريكا بين الله عز وجل وبين الخلق في العبادة وقد قال الله تعالى: {ولا يشرك بعبادة ربه أحدا} [الكهف:110]

[الشيرازي، أبو إسحاق، المهذب في فقة الإمام الشافعي للشيرازي، ١٨١/١]

Berita Terkait

Sambut Tahun Baru Islam 1447 H, MWC NU Rubaru Gelar Aksi Bersih Masjid
Dari Lokalisasi Menuju Cahaya: Dzikir dan Sholawat Sambut Tahun Baru Islam di Batu Ampar
Takbir Menggema, Iman Menguat: Pemkab Sumenep Sambut Iduladha 1446 H
Pemerintah Tetapkan 1 Zulhijah 1446 H Jatuh pada 28 Mei 2025, Idul Adha Dirayakan 6 Juni
Jalan Menuju Kemuliaan: Kedermawanan, Ilmu, dan Cinta Akhirat
Tiga Pilar Iman: Cinta, Takut, dan Malu kepada Allah SWT
Jangan Merasa Paling Benar, Akhir Hidup Kita Masih Rahasia
Menghidupkan Sunnah: Prinsip Hidup Sayyidina Ali radhiyallahu ‘anhu dalam Mencapai Ridha Allah

Berita Terkait

Minggu, 29 Juni 2025 - 19:09 WIB

Sambut Tahun Baru Islam 1447 H, MWC NU Rubaru Gelar Aksi Bersih Masjid

Jumat, 27 Juni 2025 - 07:28 WIB

Dari Lokalisasi Menuju Cahaya: Dzikir dan Sholawat Sambut Tahun Baru Islam di Batu Ampar

Kamis, 5 Juni 2025 - 22:23 WIB

Takbir Menggema, Iman Menguat: Pemkab Sumenep Sambut Iduladha 1446 H

Kamis, 29 Mei 2025 - 18:20 WIB

Pemerintah Tetapkan 1 Zulhijah 1446 H Jatuh pada 28 Mei 2025, Idul Adha Dirayakan 6 Juni

Sabtu, 24 Mei 2025 - 10:33 WIB

Jalan Menuju Kemuliaan: Kedermawanan, Ilmu, dan Cinta Akhirat

Kamis, 15 Mei 2025 - 22:26 WIB

Tiga Pilar Iman: Cinta, Takut, dan Malu kepada Allah SWT

Sabtu, 19 April 2025 - 20:14 WIB

Jangan Merasa Paling Benar, Akhir Hidup Kita Masih Rahasia

Jumat, 28 Maret 2025 - 13:02 WIB

Menghidupkan Sunnah: Prinsip Hidup Sayyidina Ali radhiyallahu ‘anhu dalam Mencapai Ridha Allah

Berita Terbaru

Berita

Bappeda Sumenep Ajak Mahasiswa Kawal Pembangunan Daerah

Minggu, 29 Jun 2025 - 17:19 WIB