Sumenep, Salam News, Id – Ustad Akhmad Ayriful Azis menjelaskan pentingnya memahami konteks dalam melaksanakan shalat berjamaah. Dalam riwayat yang diterima dari Abu Huraira radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menekankan agar seorang imam yang memimpin shalat berjamaah untuk meringankan bacaan dan gerakan. Hal ini penting untuk mengutamakan kenyamanan jamaah, mengingat tidak semua orang memiliki kondisi fisik yang sama. Ada yang mungkin sedang sakit, lemah, atau sudah lanjut usia, yang memerlukan perhatian khusus dalam setiap pelaksanaan ibadah.
Shalat Berjamaah: Meringankan untuk Kemudahan Jamaah
Ketika seorang imam memimpin shalat berjamaah, Rasulullah memberi petunjuk untuk memperhatikan kondisi jamaah. Menurut Ustad Akhmad Ayriful Azis, imam harus menyadari bahwa ada jamaah yang memiliki keterbatasan fisik. Oleh karena itu, meringankan shalat adalah cara yang tepat untuk memastikan semua bisa melaksanakan ibadah dengan nyaman. Meringankan dalam konteks ini bukan berarti mengurangi kualitas ibadah, tetapi lebih kepada memperhatikan keperluan fisik jamaah.

Pentingnya Keputusan Jamaah dalam Pelaksanaan Shalat Berjamaah
Salah satu poin yang ditekankan dalam riwayat ini adalah bahwa apabila seorang imam mengetahui bahwa jamaahnya lebih suka shalat yang sedikit lebih lama, ia tidak perlu merasa terbebani untuk memanjangkan doa atau bacaan. Ustad Akhmad Ayriful Azis menjelaskan bahwa jika para jamaah sudah menyetujui untuk memanjangkan bacaan, maka tidak ada larangan bagi imam untuk melakukan hal tersebut. Ini adalah bentuk kebijaksanaan dalam memimpin shalat berjamaah.
Makna Kebijaksanaan dalam Memimpin Shalat Berjamaah
Menurut penjelasan lebih lanjut dari Ustad Akhmad, kebijaksanaan dalam memimpin shalat berjamaah bukan hanya tentang mengetahui kapan harus meringankan atau memanjangkan shalat, tetapi juga tentang memahami keinginan dan kebutuhan jamaah. Beberapa jamaah mungkin lebih memilih shalat yang lebih singkat karena alasan kesehatan atau fisik, sementara yang lainnya mungkin lebih memilih yang lebih panjang. Imam yang bijak adalah imam yang dapat menyesuaikan diri dengan kondisi jamaahnya.
Menjaga Kepentingan Jamaah dalam Beribadah
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali mengutamakan keinginan pribadi tanpa memikirkan keadaan orang lain. Namun, dalam hal ibadah, penting bagi seorang imam untuk selalu menjaga kepentingan jamaah. Sebagaimana diungkapkan oleh Ustad Akhmad, menyesuaikan ibadah dengan kondisi jamaah adalah tindakan yang sangat dihargai dalam ajaran Islam. Rasulullah mengingatkan kita untuk tidak membuat kesulitan bagi orang lain dalam menjalankan ibadah. Ini menunjukkan betapa pentingnya sikap saling menghormati dalam beribadah bersama.
Larangan Berlebihan dalam Ibadah Berjamaah
Namun, Ustad Akhmad juga menekankan bahwa ada batasan dalam hal memanjangkan ibadah berjamaah. Meskipun memanjangkan doa atau bacaan dapat diterima dalam beberapa kondisi, ada kalanya seseorang harus berhati-hati agar tidak memberatkan jamaah yang lain. Dalam ayat Al-Qur’an, Allah berfirman dalam Surah Al-Kahf ayat 110: “Dan tidak melibatkan siapa pun dalam menyembah Tuhannya.” Ayat ini mengingatkan bahwa setiap individu harus menjaga ibadahnya agar tidak merugikan orang lain dalam proses tersebut.
Pentingnya Menjaga Harmoni dalam Ibadah
Menurut Ustad Akhmad, meskipun dalam beberapa keadaan seseorang diizinkan untuk memperpanjang doa atau bacaan dalam shalat berjamaah, hal yang lebih penting adalah menjaga keharmonisan di antara jamaah. Jangan sampai keinginan pribadi untuk memperpanjang ibadah justru membebani jamaah lainnya. Ini adalah bentuk kedisiplinan dan rasa hormat terhadap sesama yang harus selalu dijaga dalam setiap pelaksanaan ibadah.
Ajaran Imam Syafi’i tentang Kesopanan dalam Beribadah
Dalam konteks fiqh, ajaran Imam Syafi’i tentang kesopanan dalam beribadah sangat relevan dengan pembahasan ini. Seperti yang disampaikan oleh Shirazi dalam karya “Kesopanan dalam Fiqh Imam Syafi’i,” seorang imam harus memperhatikan kenyamanan jamaah dalam setiap ibadah. Hal ini berkaitan dengan penerapan nilai-nilai kesopanan dan kebijaksanaan dalam memimpin shalat berjamaah, yang tidak hanya mengutamakan kualitas ibadah, tetapi juga kenyamanan fisik dan spiritual jamaah.
Kesimpulan: Kebijaksanaan dalam Shalat Berjamaah
Kesimpulannya, ajaran Rasulullah yang disampaikan oleh Ustad Akhmad Ayriful Azis mengingatkan kita tentang pentingnya kebijaksanaan dalam memimpin shalat berjamaah. Meringankan shalat untuk kenyamanan jamaah adalah tindakan yang mulia, sementara memperpanjang doa atau bacaan hanya dilakukan apabila sesuai dengan kebutuhan jamaah. Hal ini menunjukkan betapa Islam mengajarkan kesopanan, saling menghormati, dan menjaga keharmonisan dalam beribadah.
والمستحب أن يخفف في القراءة والأذكار لما روى أبو هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: “إذا صلى أحدكم بالناس فليخفف فإن فيهم السقيم والضعيف والكبير وإذاصلى لنفسه فليطول ما شاء2” فإن صلى بقوم يعلم أنهم يؤثرون التطويل لم يكره التطويل لأن المنع لأجلهم وقد رضوا وإن أحس بداخل وهو راكع ففيه قولان: أحدهما يكره أن ينتظر لأن فيه تشريكا بين الله عز وجل وبين الخلق في العبادة وقد قال الله تعالى: {ولا يشرك بعبادة ربه أحدا} [الكهف:110]
[الشيرازي، أبو إسحاق، المهذب في فقة الإمام الشافعي للشيرازي، ١٨١/١]