Oleh : Ustad Juneid
Artikel, Salam News. Id – Kebahagiaan sejati dalam hidup tidak hanya diukur dari pencapaian materi, tetapi juga kedamaian hati dan kedekatan dengan Sang Pencipta. Dalam Islam, kebahagiaan seseorang yang hakiki terletak pada kecerdasan hati, ketabahan tubuh, dan rasa puas dengan apa yang dimiliki.
Sebagaimana disampaikan oleh Ibrahim Al-Nakhmi, kebahagiaan akan datang bagi mereka yang memiliki ketenangan dalam menjalani kehidupan. Orang yang hatinya berilmu, badannya sabar, dan merasa cukup dengan apa yang ada, adalah orang yang paling berbahagia.
Setiap individu tentu ingin meraih kebahagiaan, tetapi banyak orang yang gagal mencapainya. Ibrahim Al-Nakhmi memberikan tiga ciri orang-orang yang binasa sebelum waktunya. Mereka adalah orang yang berbicara tanpa makna, makan tanpa pertimbangan, dan tidur yang tidak memberi ketenangan.
Ketiga ciri tersebut menjadi penghalang utama bagi seseorang untuk meraih kebahagiaan sejati. Jika kita tidak bisa menjaga perkataan, makan dengan bijak, dan tidur dengan baik, maka hidup kita akan jauh dari kebahagiaan yang sejati.
Dalam pandangan Yahya bin Ma’ad al-Razi, kebahagiaan sejati datang ketika seseorang mampu meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya. Artinya, seseorang yang dapat mengatur hidupnya dengan baik, berfokus pada kebajikan, dan mendekatkan diri kepada Tuhan, akan lebih bahagia meski dunia terus berubah.
Mereka yang membangun kehidupan setelah kematian dengan amal baik, serta meraih keridhaan Tuhan, akan merasakan kebahagiaan yang sejati dan abadi. Ini adalah kebahagiaan yang tidak tergantung pada harta atau status duniawi.
Ali bin Abi Talib juga mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak akan datang pada orang yang tidak berpegang teguh pada Sunnah Allah dan Rasul-Nya. Sunnah bukan hanya ajaran, tetapi juga perilaku yang harus diikuti dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika seseorang mengikuti ajaran Islam dengan sepenuh hati, maka dia akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang sejati. Kebahagiaan itu tidak hanya ditemukan dalam kata-kata atau tindakan, tetapi juga dalam niat dan perasaan yang tulus.
Kepuasan Hati dan Ketulusan
Salah satu faktor penting dalam kebahagiaan adalah kepuasan hati. Sebagaimana yang tercantum dalam ajaran Islam, orang yang dapat merasa puas dengan apa yang diberikan oleh Tuhan akan lebih bahagia.
Kepuasan hati bukan berarti tidak menginginkan perubahan atau perbaikan dalam hidup, tetapi lebih kepada menerima dengan lapang dada apa yang ada. Seseorang yang puas dengan apa yang dia miliki akan selalu merasa cukup, dan ini adalah kebahagiaan yang tidak tergantung pada kondisi eksternal.
Tidak semua orang mampu mencapai kepuasan hati yang sejati. Banyak orang merasa tidak pernah cukup dengan apa yang mereka miliki, selalu ingin lebih, dan terus mengejar kesenangan duniawi.
Namun, kebahagiaan yang sejati hanya bisa ditemukan ketika seseorang belajar menerima takdir dan merasa cukup dengan apa yang ada. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an bahwa “Dan barang siapa yang merasa cukup dengan apa yang diberikan oleh Allah, maka Allah akan menambah nikmat-Nya padanya.”
Menjaga Ucapan, Makanan, dan Tidur
Ibrahim Al-Nakhmi menekankan tiga aspek yang sangat penting untuk menjaga kebahagiaan: ucapan, makanan, dan tidur. Ucapan yang tidak jelas atau tidak membawa manfaat bisa menyebabkan kebingungan dan masalah dalam kehidupan seseorang.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk berbicara dengan bijaksana dan menghindari perkataan yang bisa merusak hubungan dengan orang lain. Selain itu, menjaga pola makan yang sehat dan bergizi juga sangat penting untuk kesejahteraan tubuh. Makanan yang tidak sehat dapat berdampak buruk pada fisik dan mental seseorang.
Tidur yang cukup dan berkualitas juga menjadi faktor utama dalam kebahagiaan. Tidur yang tidak nyenyak dapat memengaruhi kondisi fisik dan mental, sehingga mengurangi kualitas hidup.
Oleh karena itu, menjaga tidur yang cukup dan berkualitas adalah bagian penting dalam meraih kebahagiaan. Dalam Islam, tidur juga dianggap sebagai ibadah jika dilakukan dengan niat untuk menjaga kesehatan tubuh agar bisa beribadah dengan baik.
Membangun Kehidupan Sehat di Dunia dan Akhirat
Yahya bin Ma’ad al-Razi mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati datang ketika seseorang mempersiapkan dirinya untuk kehidupan setelah mati. Mereka yang menafkahkan harta mereka untuk amal kebaikan, berusaha membangun kubur mereka sebelum memasuki kubur, dan meraih keridhaan Allah, akan merasakan kebahagiaan yang abadi.
Semua amal baik yang dilakukan selama hidup di dunia akan membawa kebahagiaan di akhirat.
Sunnah Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan kita untuk hidup dengan baik, menghormati orang lain, dan menjaga hubungan baik dengan sesama. Perilaku yang sopan, berbicara dengan bijaksana, serta menjaga rahasia dan kehormatan orang lain adalah bagian dari Sunnah Rasulullah yang membawa kebahagiaan.
Sunnah ini mengajarkan kita untuk hidup dengan penuh kasih sayang dan saling menghormati, yang pada gilirannya akan membawa kedamaian dan kebahagiaan dalam kehidupan kita.
Kesimpulan
Kebahagiaan sejati terletak pada kedamaian hati, ketenangan jiwa, dan rasa puas dengan apa yang ada. Dalam Islam, kebahagiaan datang dengan berilmu, bersabar, dan merasa cukup dengan apa yang diberikan oleh Allah. Menjaga ucapan, makanan, dan tidur yang sehat adalah cara untuk menjaga kebahagiaan.
Mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati dengan amal baik dan mengikuti Sunnah Rasulullah SAW adalah kunci kebahagiaan sejati. Semoga kita semua diberi kebahagiaan dunia dan akhirat dengan menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam.(Red/Part 13)