Mencapai Kebahagiaan Hakiki: Ketenangan Hati, Kepuasan, dan Dekat dengan Sang Pencipta

- Pewarta

Senin, 17 Maret 2025 - 12:08 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Ustad Juneid

Artikel, Salam News. Id – Kebahagiaan sejati dalam hidup tidak hanya diukur dari pencapaian materi, tetapi juga kedamaian hati dan kedekatan dengan Sang Pencipta. Dalam Islam, kebahagiaan seseorang yang hakiki terletak pada kecerdasan hati, ketabahan tubuh, dan rasa puas dengan apa yang dimiliki.

Sebagaimana disampaikan oleh Ibrahim Al-Nakhmi, kebahagiaan akan datang bagi mereka yang memiliki ketenangan dalam menjalani kehidupan. Orang yang hatinya berilmu, badannya sabar, dan merasa cukup dengan apa yang ada, adalah orang yang paling berbahagia.

Ucapan KPU-HPN 2025

Setiap individu tentu ingin meraih kebahagiaan, tetapi banyak orang yang gagal mencapainya. Ibrahim Al-Nakhmi memberikan tiga ciri orang-orang yang binasa sebelum waktunya. Mereka adalah orang yang berbicara tanpa makna, makan tanpa pertimbangan, dan tidur yang tidak memberi ketenangan.

Ketiga ciri tersebut menjadi penghalang utama bagi seseorang untuk meraih kebahagiaan sejati. Jika kita tidak bisa menjaga perkataan, makan dengan bijak, dan tidur dengan baik, maka hidup kita akan jauh dari kebahagiaan yang sejati.

Dalam pandangan Yahya bin Ma’ad al-Razi, kebahagiaan sejati datang ketika seseorang mampu meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya. Artinya, seseorang yang dapat mengatur hidupnya dengan baik, berfokus pada kebajikan, dan mendekatkan diri kepada Tuhan, akan lebih bahagia meski dunia terus berubah.

Mereka yang membangun kehidupan setelah kematian dengan amal baik, serta meraih keridhaan Tuhan, akan merasakan kebahagiaan yang sejati dan abadi. Ini adalah kebahagiaan yang tidak tergantung pada harta atau status duniawi.

Ali bin Abi Talib juga mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak akan datang pada orang yang tidak berpegang teguh pada Sunnah Allah dan Rasul-Nya. Sunnah bukan hanya ajaran, tetapi juga perilaku yang harus diikuti dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika seseorang mengikuti ajaran Islam dengan sepenuh hati, maka dia akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang sejati. Kebahagiaan itu tidak hanya ditemukan dalam kata-kata atau tindakan, tetapi juga dalam niat dan perasaan yang tulus.

Kepuasan Hati dan Ketulusan

Salah satu faktor penting dalam kebahagiaan adalah kepuasan hati. Sebagaimana yang tercantum dalam ajaran Islam, orang yang dapat merasa puas dengan apa yang diberikan oleh Tuhan akan lebih bahagia.

Kepuasan hati bukan berarti tidak menginginkan perubahan atau perbaikan dalam hidup, tetapi lebih kepada menerima dengan lapang dada apa yang ada. Seseorang yang puas dengan apa yang dia miliki akan selalu merasa cukup, dan ini adalah kebahagiaan yang tidak tergantung pada kondisi eksternal.

Tidak semua orang mampu mencapai kepuasan hati yang sejati. Banyak orang merasa tidak pernah cukup dengan apa yang mereka miliki, selalu ingin lebih, dan terus mengejar kesenangan duniawi.

Baca Juga :  Mengerti Makna Meringankan Shalat untuk Kepentingan Jamaah

Namun, kebahagiaan yang sejati hanya bisa ditemukan ketika seseorang belajar menerima takdir dan merasa cukup dengan apa yang ada. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an bahwa “Dan barang siapa yang merasa cukup dengan apa yang diberikan oleh Allah, maka Allah akan menambah nikmat-Nya padanya.”

Menjaga Ucapan, Makanan, dan Tidur

Ibrahim Al-Nakhmi menekankan tiga aspek yang sangat penting untuk menjaga kebahagiaan: ucapan, makanan, dan tidur. Ucapan yang tidak jelas atau tidak membawa manfaat bisa menyebabkan kebingungan dan masalah dalam kehidupan seseorang.

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk berbicara dengan bijaksana dan menghindari perkataan yang bisa merusak hubungan dengan orang lain. Selain itu, menjaga pola makan yang sehat dan bergizi juga sangat penting untuk kesejahteraan tubuh. Makanan yang tidak sehat dapat berdampak buruk pada fisik dan mental seseorang.

Tidur yang cukup dan berkualitas juga menjadi faktor utama dalam kebahagiaan. Tidur yang tidak nyenyak dapat memengaruhi kondisi fisik dan mental, sehingga mengurangi kualitas hidup.

Oleh karena itu, menjaga tidur yang cukup dan berkualitas adalah bagian penting dalam meraih kebahagiaan. Dalam Islam, tidur juga dianggap sebagai ibadah jika dilakukan dengan niat untuk menjaga kesehatan tubuh agar bisa beribadah dengan baik.

Membangun Kehidupan Sehat di Dunia dan Akhirat

Yahya bin Ma’ad al-Razi mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati datang ketika seseorang mempersiapkan dirinya untuk kehidupan setelah mati. Mereka yang menafkahkan harta mereka untuk amal kebaikan, berusaha membangun kubur mereka sebelum memasuki kubur, dan meraih keridhaan Allah, akan merasakan kebahagiaan yang abadi.

Semua amal baik yang dilakukan selama hidup di dunia akan membawa kebahagiaan di akhirat.

Sunnah Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan kita untuk hidup dengan baik, menghormati orang lain, dan menjaga hubungan baik dengan sesama. Perilaku yang sopan, berbicara dengan bijaksana, serta menjaga rahasia dan kehormatan orang lain adalah bagian dari Sunnah Rasulullah yang membawa kebahagiaan.

Sunnah ini mengajarkan kita untuk hidup dengan penuh kasih sayang dan saling menghormati, yang pada gilirannya akan membawa kedamaian dan kebahagiaan dalam kehidupan kita.

Kesimpulan

Kebahagiaan sejati terletak pada kedamaian hati, ketenangan jiwa, dan rasa puas dengan apa yang ada. Dalam Islam, kebahagiaan datang dengan berilmu, bersabar, dan merasa cukup dengan apa yang diberikan oleh Allah. Menjaga ucapan, makanan, dan tidur yang sehat adalah cara untuk menjaga kebahagiaan.

Baca Juga :  Pemkab Sumenep Peringati Isra' Mi'raj dan Doa Bersama, Bupati Fauzi Paparkan Capaian Program Selama Satu Tahun

Mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati dengan amal baik dan mengikuti Sunnah Rasulullah SAW adalah kunci kebahagiaan sejati. Semoga kita semua diberi kebahagiaan dunia dan akhirat dengan menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam.(Red/Part 13)

Refrensi Kajian,
Kitab Nashaihul Ibad
وقيل : أَسْعَدُ النَّاسِ : مَنْ لَهُ قَلْبٌ عَالِمٌ ، وَبَدَنْ صَابِرٌ، وَقَنَاعَةٌ بِمَا فِي اليَدِ.
وَعَنْ إِبْرَاهِيمَ النَّخَمِي: إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ هَلَكَ قَبْلَكُمْ بِثَلَاثِ خِصَالٍ: بِقُضُولٍ الكلام، وَفُضُولِ الطَّعَامِ، وَفُضُولِ المَنَامِ.
وَعَنْ يَحْيَى بْنِ مُعَادَ الرَّازِي: طُوبَى لِمَنْ تَرَكَ الدُّنْيَا قَبْلَ أَنْ نَتْرُكَهُ، وَبَنَى قبره قَبْلَ أَنْ يَدْخُلَهُ، وَأَرْضَى رَبَّهُ قَبْلَ أَنْ يَلْقَاهُ.
وَعَنْ عَلِيَّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : مَنْ لَمْ يَكُنْ عِنْدَهُ سُنَّةُ اللَّهِ وَسُنَّةً رَسُولِهِ وَسُنَّةٌ أزلِيَائِهِ. فَلَيْسَ فِي يَدِهِ شَيْءٌ.
فضل عندي الأطلبنك بسخانك) أي بكرمك ولئن أدخلتني النار لأخبرت أهل النار بأني أحبك).
(و) المقالة السابعة عشرة (قيل: أسعد الناس من له قلب عالم) بأن الله تعالى معه في أي موضع كان (ويدن صابر على الطاعات والمرازي (وقناعة) أي رضا (بما في اليد) من قسمة الله تعالى وسكون القلب عند عدم المألوفات.
(و) المقالة الثامنة عشرة ( عن إبراهيم النخعي) رضي الله عنه إنما هلك من هلك قبلكم) من الأسم (بثلاث خصال: بفضول الكلام) وهو ما لا خير فيه في الدين والدنيا وفضول الطعام) وهو ما لا يعينه على الدين (وفضول المنام) وهو ما
لا ينفعه في الدين.
(و) المقالة التاسعة عشرة عن يحيى بن معاذ الرازي) الواعظ له لسان في الرجاء خصوصاً وكلام في المعرفة، خرج إلى بلخ وأقام بها مدة ورجع إلى نيسابور ومات بها سنة ثمان وخمسين ومائتين طوبى لمن ترك الدنيا قبل أن تتركه أي الخير الكثير لمن صرف أمواله في أنواع البر قبل ذهابها عنه ويني قبره قبل أن يدخله بأن عمل ما فيه تونيس في القبر وأرضى ربه) بامتثال أمره واجتناب نهيه (قبل أن يلقاء) بالموت.
(و) المقالة العشرون ( عن علي رضي الله عنه) وكرم وجهه (من لم يكن عنده سنة الله) أي عادته وسنة رسوله) أي شأنه (وسنة أولياته) أي أمرهم فليس في يده شيء)
أي فليس له شيء يعتد به قيل له – أي لعلي – ما سنة الله ؟ قال : ) أي علي (كتمان السر) وهو ما أخفاء الناس من الحديث عند شخص فكتمان السر واجب (وقيل:
ما سنة الرسول؟ قال: المداراة بين الناس كما قال بعضهم :
ودارهم ما دمت في دارهم وأرضهم ما دمت في أرضهم

Berita Terkait

Sambut Tahun Baru Islam 1447 H, MWC NU Rubaru Gelar Aksi Bersih Masjid
Dari Lokalisasi Menuju Cahaya: Dzikir dan Sholawat Sambut Tahun Baru Islam di Batu Ampar
Takbir Menggema, Iman Menguat: Pemkab Sumenep Sambut Iduladha 1446 H
Pemerintah Tetapkan 1 Zulhijah 1446 H Jatuh pada 28 Mei 2025, Idul Adha Dirayakan 6 Juni
Jalan Menuju Kemuliaan: Kedermawanan, Ilmu, dan Cinta Akhirat
Tiga Pilar Iman: Cinta, Takut, dan Malu kepada Allah SWT
Jangan Merasa Paling Benar, Akhir Hidup Kita Masih Rahasia
Menghidupkan Sunnah: Prinsip Hidup Sayyidina Ali radhiyallahu ‘anhu dalam Mencapai Ridha Allah

Berita Terkait

Minggu, 29 Juni 2025 - 19:09 WIB

Sambut Tahun Baru Islam 1447 H, MWC NU Rubaru Gelar Aksi Bersih Masjid

Jumat, 27 Juni 2025 - 07:28 WIB

Dari Lokalisasi Menuju Cahaya: Dzikir dan Sholawat Sambut Tahun Baru Islam di Batu Ampar

Kamis, 5 Juni 2025 - 22:23 WIB

Takbir Menggema, Iman Menguat: Pemkab Sumenep Sambut Iduladha 1446 H

Kamis, 29 Mei 2025 - 18:20 WIB

Pemerintah Tetapkan 1 Zulhijah 1446 H Jatuh pada 28 Mei 2025, Idul Adha Dirayakan 6 Juni

Sabtu, 24 Mei 2025 - 10:33 WIB

Jalan Menuju Kemuliaan: Kedermawanan, Ilmu, dan Cinta Akhirat

Kamis, 15 Mei 2025 - 22:26 WIB

Tiga Pilar Iman: Cinta, Takut, dan Malu kepada Allah SWT

Sabtu, 19 April 2025 - 20:14 WIB

Jangan Merasa Paling Benar, Akhir Hidup Kita Masih Rahasia

Jumat, 28 Maret 2025 - 13:02 WIB

Menghidupkan Sunnah: Prinsip Hidup Sayyidina Ali radhiyallahu ‘anhu dalam Mencapai Ridha Allah

Berita Terbaru

Berita

Bappeda Sumenep Ajak Mahasiswa Kawal Pembangunan Daerah

Minggu, 29 Jun 2025 - 17:19 WIB