Stop Nikah Dini, Cegah Stunting: Sumenep Gaungkan Gerakan Kolektif Nasional

- Pewarta

Jumat, 1 Agustus 2025 - 15:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sumenep, Salam News. Id – Langkah konkret mencegah pernikahan anak kembali digaungkan. KUA Sumenep mengadakan Seminar Nasional bertema “Stop Stunting, Skip Nikah Dini!”. Acara ini berlangsung di Aula STAIM Terate, Kamis (31/7). Seminar bertujuan membentuk kesadaran kolektif tentang bahaya pernikahan usia dini.

Kepala Kemenag Sumenep, Abdul Wasid, membuka acara. Ia menegaskan nikah dini adalah isu serius yang menyangkut masa depan bangsa. “Menunda nikah dini bukan menolak pernikahan,” ujar Wasid. “Tapi memberi ruang bagi remaja menyiapkan diri secara utuh.”

Menurutnya, remaja berhak tumbuh sehat fisik, mental, sosial. Terlalu dini menikah dapat menghambat perkembangan mereka secara menyeluruh. Seminar ini menghadirkan empat narasumber dari berbagai sektor. Mereka memberikan pandangan lengkap mengenai risiko nikah usia anak.

Ucapan KPU-HPN 2025

Marwan, Kepala KUA Sumenep, menyampaikan pentingnya literasi keluarga sejak dini. Pemahaman peran dalam rumah tangga sangat diperlukan. “Menikah bukan hanya soal cinta,” jelas Marwan. “Tapi juga kesiapan mental, tanggung jawab pengasuhan, dan keuangan yang stabil.”

Baca Juga :  Reses ke DPC PWRI Sumenep, Ini Alasan Anggota DPRD Fraksi PKB Libatkan Wartawan

Farah Diba Yulia dari BKKBN menjelaskan korelasi nikah dini dan stunting. Ia menampilkan data nasional yang mengkhawatirkan. Menurut Farah, angka stunting tinggi di wilayah dengan pernikahan dini. Menunda pernikahan adalah salah satu strategi penurunan stunting.

Dari sisi medis, Fatimatul Insyoniah dari Puskesmas Pandian menyampaikan bahaya kehamilan muda bagi ibu dan bayi. Komplikasi kehamilan, gizi buruk, hingga kematian ibu-anak meningkat. Nikah dini berisiko besar terhadap kesehatan generasi selanjutnya.

Psikolog muda Ning Hielma Hasanah menyoroti tekanan sosial yang menimpa remaja. Ia bicara soal budaya yang mendorong nikah dini. “Remaja perempuan sering dipaksa menikah,” kata Ning. “Padahal mereka belum siap secara emosional dan psikologis untuk berumah tangga.”

Ning menambahkan pentingnya membangun self-esteem dan ketahanan mental. Remaja harus kuat menolak tekanan lingkungan sekitar mereka. Seminar dihadiri ratusan pelajar, mahasiswa, tokoh masyarakat. Mereka mengikuti dengan antusias, berdiskusi, dan berbagi pandangan.

Baca Juga :  GERAKAN TUNTAS VAKSIN RT. DIWILAYAH KECAMATAN RUBARU

Antusiasme peserta menunjukkan GELIAT bukan sekadar seminar. Tapi sebuah gerakan sosial dengan dampak yang luas dan berjangka panjang. “GELIAT harus berlanjut dan diperluas,” harap Marwan. Ia ingin gerakan ini menjadi solusi nyata menurunkan angka nikah usia anak.

Ia yakin kolaborasi lintas sektor sangat penting. Pemerintah, sekolah, masyarakat harus bersinergi dalam mendukung remaja menunda nikah. Dengan edukasi dan pendampingan, remaja lebih siap menjalani kehidupan dewasa. Menunda nikah dini adalah bentuk investasi masa depan.

Gerakan ini menekankan pentingnya literasi, kesehatan, dan pemberdayaan. Ketiganya menjadi pondasi menuju generasi yang lebih kuat. GELIAT bukan sekadar akronim menarik. Ia menjadi simbol perlawanan terhadap kemiskinan yang bersumber dari pernikahan dini.

Dengan langkah konkret seperti ini, masa depan generasi muda bisa diselamatkan. Sumenep menjadi contoh bagi daerah lainnya di Indonesia.(Red)

Berita Terkait

Pesan Kebangsaan dari Sumenep: Bupati Fauzi dan Simbol Persatuan di Hari Kemerdekaan
Nabila dan Rekan Paskibraka Sumenep Tampilkan Pengibaran Penuh Makna
80 Tahun Merdeka, Bupati Fauzi dan BPRS Bhakti Sumekar Kokohkan Persatuan dan Integritas di Sumenep
Transparansi Brida Sumenep Dipertanyakan, Proses Seleksi Riset Picu Polemik
Di Balik Merah Putih: Ketulusan Seorang Perempuan Penjaja Bendera
Baznas Sumenep Hadir hingga Pelosok: Bantu Ibu Melahirkan dari Pulau Terpencil
DPRD Sumenep Tunda Anggaran Rp1 Miliar: Program Wirausaha Santri Dinilai Belum Jelas
Bupati Sumenep Buka Peluang Pabrik Rokok Baru, Wajib Serap Tembakau & Tenaga Kerja Lokal

Berita Terkait

Minggu, 17 Agustus 2025 - 15:22 WIB

Pesan Kebangsaan dari Sumenep: Bupati Fauzi dan Simbol Persatuan di Hari Kemerdekaan

Minggu, 17 Agustus 2025 - 15:07 WIB

Nabila dan Rekan Paskibraka Sumenep Tampilkan Pengibaran Penuh Makna

Sabtu, 16 Agustus 2025 - 12:20 WIB

80 Tahun Merdeka, Bupati Fauzi dan BPRS Bhakti Sumekar Kokohkan Persatuan dan Integritas di Sumenep

Sabtu, 16 Agustus 2025 - 07:38 WIB

Transparansi Brida Sumenep Dipertanyakan, Proses Seleksi Riset Picu Polemik

Jumat, 15 Agustus 2025 - 16:05 WIB

Di Balik Merah Putih: Ketulusan Seorang Perempuan Penjaja Bendera

Kamis, 14 Agustus 2025 - 15:20 WIB

DPRD Sumenep Tunda Anggaran Rp1 Miliar: Program Wirausaha Santri Dinilai Belum Jelas

Rabu, 13 Agustus 2025 - 15:35 WIB

Bupati Sumenep Buka Peluang Pabrik Rokok Baru, Wajib Serap Tembakau & Tenaga Kerja Lokal

Senin, 11 Agustus 2025 - 17:31 WIB

Jaga Stabilitas Industri Tembakau Lokal, TIHT 2025 Resmi Ditetapkan Pemkab Sumenep

Berita Terbaru