Sumenep Salam news – Sebagai upaya strategis membangun lingkungan pendidikan yang tangguh, Pemerintah Kabupaten Sumenep menggelar Sosialisasi dan Pelatihan Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dan Psikososial. Kegiatan selama dua hari, 15-16 November 2025, di Sekolah Muhammadiyah Sumenep ini diikuti oleh 54 tenaga pendidik dan kependidikan dari berbagai sekolah, menandai komitmen nyata dalam memperkuat pilar-pilar kesiapsiagaan di tingkat sekolah.
Inisiatif penting ini merupakan hasil kolaborasi sinergis antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), yang bertujuan memupuk budaya sadar bencana sekaligus memperkuat sistem dukungan psikososial di lingkungan pendidikan.

Komitmen Pemerintah dalam Membangun Kesiapsiagaan
Acara dibuka secara resmi oleh Kepala BPBD Sumenep, Achmad Laili Maulidy, yang mewakili Bupati Sumenep, Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo, S.H., M.H. Dalam sambutannya, Laili menekankan sifat urgensi dari upaya mitigasi ini.
“Bencana tidak menunggu waktu. Anak-anak kita harus aman di sekolah, dan para pendidik harus siap menghadapi situasi darurat kapan saja,” tegasnya.
Lebih lanjut, Laili menggarisbawahi posisi strategis Kabupaten Sumenep yang rentan terhadap beragam ancaman bencana, baik alam maupun non-alam. Ia menegaskan bahwa kesiapsiagaan sejak dini merupakan langkah preventif yang tidak bisa ditawar.
“Sumenep tidak boleh lengah. Sekolah adalah garda terdepan mitigasi bencana, karena setiap hari diisi oleh generasi penerus bangsa,” ujarnya.
Implementasi Nyata Menuju Sekolah yang Aman dan Tangguh
Program SPAB, yang berlandaskan UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Permendikbud Nomor 33 Tahun 2019, dirancang untuk mentransformasi sekolah tidak hanya sebagai pusat pembelajaran, tetapi juga sebagai ruang yang aman dan resilien.
“SPAB bukan sekadar teori. Ini adalah langkah nyata agar sekolah memiliki prosedur evakuasi, jalur aman, dan mekanisme pemulihan psikososial yang terstruktur saat bencana terjadi,” papar Laili.
Para peserta dibekali dengan materi-materi esensial selama dua hari, mencakup:
· Pembangunan budaya sadar bencana di sekolah.
· Penyusunan rencana evakuasi dan prosedur keselamatan yang aplikatif.
· Pemberian dukungan psikososial bagi siswa pasca-bencana.
Dukungan Psikososial: Fondasi Pemulihan yang Sering Terlupakan
Aspek psikologis pascabencana mendapat porsi perhatian khusus. Laili menekankan bahwa trauma dapat meninggalkan luka jangka panjang yang menghambat masa depan anak.
“Penanganan psikososial tidak kalah penting dari kesiapsiagaan fisik. Anak yang trauma akan kesulitan untuk belajar, dan hal itu berpotensi memengaruhi masa depannya. Para pendidik diharapkan tidak hanya menjadi garda terdepan mitigasi, tetapi juga pelindung psikologis bagi siswa,” jelasnya.
Kolaborasi dengan Kemendikbudristek dan MDMC diharapkan dapat menghadirkan pendekatan pelatihan yang komprehensif, berbasis praktik, dan memperkuat jejaring mitigasi bencana di tingkat akar rumput.
“Dengan dukungan berbagai pihak, kami ingin memastikan sekolah-sekolah di Sumenep mampu meminimalisir risiko korban jiwa, kerusakan, serta dampak psikologis yang ditimbulkan oleh bencana,” ungkap Laili.
Pada penutup sambutannya, dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Achmad Laili Maulidy secara resmi membuka pelatihan. “Semoga kegiatan ini menjadi bekal yang kuat bagi para pendidik untuk menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan tangguh,” tutupnya.
Kegiatan ini diharapkan menjadi momentum strategis bagi Kabupaten Sumenep dalam mewujudkan ekosistem pendidikan yang tidak hanya tangguh secara fisik, tetapi juga memiliki daya dukung psikososial yang kokoh, menumbuhkan budaya sadar bencana secara berkelanjutan sejak usia dini. (*)











