
Kairo, Salam News. Id – Muhammad Fadhil bin Asyur (putra dari Thahir bin Asyur) dalam kitabnya At Tafsir Wa Rijaluhu, menjelaskan bahwa Tafsir Ibnu Asyur memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk tafsir lainnya.
Menurutnya, Tafsir Tahrir wa Tanwir tidak hanya mencantumkan atsar ulama terdahulu tapi juga memberikan koreksi – koreksi, tidak hanya melihat suatu lafadz berdasar ilmu nahwu dan sharaf namun juga menggali rincian makna dibalik lafadz tersebut. Singkatnya, tafsir ini mencoba untuk menyingkap nilai-nilai dan tujuan yang tercantum dalam syariat Islam itu sendiri.
Jika dilihat lebih jauh lagi, Tafsir Tahrir wa Tanwir memuat sejumlah keilmuan Islam seperti akidah, fikih, fikih lughah, qiraat, nahwu, saraf, balaghah, maqasidussyariah dan akhlak. Selain itu, di dalamnya terkandung juga ilmu pengetahuan umum seperti sejarah, geografi, filsafat, astronomi, biologi, kesehatan dan pendidikan.
Sepanjang hidupnya, Thahir bin Asyur telah meluangkan banyak waktu untuk mengkaji ilmu-ilmu Islam. Bahkan ia termasuk ulama produktif yang memiliki banyak karya. Tercatat total karangannya mencapai 21 karya dan 20 manuskrip.
Di antara karya terbaiknya adalah Tafsir Tahrir al-Ma’na As-Sadid wa Tanwir al-Aql al-Jadid min Tafsir Kitab al-Majid, atau yang sering dikenal dengan Tafsir Tahrir wa Tanwir. Pembuatan karya tersebut merupakan amanah terbesar dalam hidup Thahir bin Asyur, sehingga ia sempat mengalami fase bimbang, akankah membuat tafsir itu atau tidak.
Sampai kemudian ia beristikharah untuk memantapkan hatinya. Dalam menulis tafsirnya itu, ia menghabiskan waktu selama tiga puluh sembilan tahun enam bulan dimulai sejak tahun 1341 H dan selesai pada tahun 1380 H.
Wahid, Mesir