Sumenep, Salam News. Id – Rabu pagi, 6 Agustus 2025, Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo meninjau sawah di Dusun Lambeu, Desa Parsanga, Kota Sumenep. Tatapan beliau tak lepas dari buliran padi HMS 700 yang terlihat besar, menguning, dan menjanjikan hasil panen tinggi.
Didampingi Kepala DKPP Sumenep, Chainur Rasyid, serta jajaran terkait, mereka menyusuri pematang sawah dengan penuh semangat. Pagi itu, sawah HMS 700 menjadi saksi uji coba benih unggul yang diyakini mampu menggandakan hasil panen petani lokal.
Bupati tampak berbincang sambil berbisik: “Benar ini benih padi varietas HMS 700?” menandakan antusiasmenya terhadap hasil. Setelah peninjauan, rombongan duduk lesehan, sarapan bersama petani di tepi sawah dengan kopi dan obrolan ringan.

Suasana akrab menyelimuti, diskusi berlangsung hangat membahas inovasi pertanian dan harapan baru bagi masa depan Sumenep. Fauzi mengapresiasi uji coba HMS 700 sebagai langkah strategis menghadapi keterbatasan lahan pertanian yang makin menyempit.
“Inovasi seperti ini perlu diperluas. Produksi naik, walau lahan berkurang. Ini lompatan besar,” kata Bupati Fauzi mantap. Padi HMS 700 terlihat menjanjikan: malai besar, bulir padat, dan tanaman tetap sehat meskipun tanpa pestisida kimia.
Setelah menyusuri sawah, Bupati dan tim sarapan bersama di atas tikar di pinggir jalan, berbincang dengan petani setempat. Menurut Bupati, inovasi seperti ini mendukung visi besar Presiden Prabowo Subianto dalam program swasembada pangan nasional.
Bupati menegaskan bahwa teknologi dan inovasi adalah kunci utama untuk menjaga produktivitas di tengah keterbatasan lahan. Kepala DKPP Sumenep, Chainur Rasyid, menjelaskan bahwa benih HMS 700 dibeli secara mandiri untuk uji coba di lahan petani.
Penanaman dilakukan mengikuti metode tradisional, tanpa pestisida, dan hasilnya ternyata melebihi ekspektasi awal mereka. “Tanpa pestisida pun tanaman sehat. Malainya besar. Potensinya bisa mencapai 14 ton per hektare,” ujar Chainur bersemangat.
Data lapangan menunjukkan HMS 700 mampu melampaui rata-rata hasil padi di Sumenep, yang sebelumnya hanya 5,9 ton per hektare. Fauzi menyebut langkah ini sebagai momentum penting dalam mempercepat kemandirian pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.
Kadis Chainur pun berharap, langkah awal ini menjadi tonggak kebangkitan produktivitas pertanian di Kabupaten Sumenep. “Sekarang kami menunggu arahan selanjutnya dari Bapak Bupati,” tutupnya sambil menatap sawah yang berselimut kabut tipis.
Varietas HMS 700 dikenal unggul, panen cepat 90 hari, berasnya pulen, tahan hama, dan sangat cocok untuk iklim lokal. Produksi HMS 700 bisa mencapai 14–19 ton per hektare, angka fantastis dibandingkan rata-rata panen padi lokal saat ini.
Bupati dan DKPP yakin jika benih ini diperluas, petani bisa memperoleh hasil lebih tinggi dengan biaya produksi lebih ringan. Program ini diharapkan menjadi model pertanian baru berbasis efisiensi, ramah lingkungan, dan berkelanjutan di Sumenep.
Ke depan, Pemkab berencana menggandeng lebih banyak kelompok tani untuk mengembangkan padi HMS 700 secara massif. Antusiasme petani meningkat setelah melihat hasil nyata di Dusun Lambeu, mendorong mereka mencoba varietas unggul tersebut.
Dengan teknologi tepat guna, masa depan pertanian Sumenep bisa lebih cerah, mandiri, dan memberi dampak sosial yang luas. Pemkab juga berencana mengkaji pengolahan hasil pasca panen agar nilai tambah padi HMS 700 makin optimal bagi petani.
Fauzi berharap, program ini tidak hanya fokus pada panen, tapi juga distribusi, harga, dan keberlanjutan jangka panjang. Petani di Parsanga pun menyambut baik langkah ini, berharap dukungan berkelanjutan untuk benih, pupuk, dan pelatihan.
Sumenep perlahan menunjukkan wajah baru pertanian modern yang berpijak pada tradisi tapi berpacu dengan teknologi. Di tengah tantangan iklim dan alih fungsi lahan, HMS 700 menjadi harapan baru untuk menjaga ketahanan pangan lokal.
Langkah kecil DKPP hari itu menjadi sinyal besar bahwa masa depan pangan Sumenep tengah diarahkan menuju kemandirian. Dengan sinergi antara pemerintah dan petani, varietas HMS 700 bisa menjadi senjata utama menghadapi tantangan pertanian.
Dan pagi itu, di sawah Lambeu yang berselimut kabut, sejarah kecil mulai ditulis dengan butir emas di ujung malai padi. (*/Red)