Artikel, Salam News. Id – Diriwayatkan bahwa seorang lelaki dari Bani Israil mengumpulkan delapan puluh orang yang ahli dalam ilmu pengetahuan. Meskipun mereka memiliki banyak ilmu, hal itu tidak memberi manfaat bagi dirinya.
Allah kemudian mengilhami nabi mereka dengan wahyu yang penting: ilmu yang banyak akan sia-sia jika tidak diterapkan dengan benar dalam kehidupan. Allah memberikan petunjuk kepada lelaki tersebut agar ia memperhatikan tiga hal penting agar ilmunya bermanfaat.
Hal pertama yang ditekankan adalah untuk tidak mencintai dunia. Dunia, dengan segala kenikmatan dan perhiasannya, bukanlah tempat tinggal bagi orang-orang beriman.

Kehidupan dunia hanyalah sementara, dan tujuan hidup seorang beriman adalah untuk mencari kebahagiaan di akhirat. Dunia tidak boleh menjadi tujuan utama, karena kebahagiaan yang sejati hanya dapat ditemukan di surga.
Hal kedua adalah tidak berteman dengan setan. Setan adalah musuh nyata bagi umat manusia, terutama bagi orang-orang beriman. Berteman dengan setan berarti mengikuti perintahnya dan menjauhi perintah Allah.
Setan berusaha menjauhkan manusia dari jalan yang benar dan menggoda mereka untuk melakukan kemaksiatan. Oleh karena itu, seorang beriman harus berhati-hati dalam memilih teman dan lingkungan agar tidak terpengaruh oleh godaan setan.
Hal ketiga adalah untuk tidak merugikan siapapun. Keahlian seorang beriman bukanlah dalam merugikan orang lain, tetapi dalam berbuat baik dan memberikan manfaat bagi sesama. Ilmu yang didapatkan harus digunakan untuk kebaikan, bukan untuk mencelakai atau merugikan orang lain. Orang beriman harus menjadi sumber kebaikan, kedamaian, dan manfaat bagi lingkungan sekitar mereka.
Abu Suleiman al-Darani, seorang ulama besar, pernah mengatakan dalam kitabnya al-Muttajat bahwa jika seseorang dituntut oleh Allah atas dosa-dosanya, dia akan menghormati keputusan-Nya dengan penuh kerendahan hati.
Dia juga menyebutkan bahwa bahkan jika dia dituntut karena kekikiran, dia tetap berharap akan pengampunan Allah. Ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran diri dan kerendahan hati dalam menjalani kehidupan sebagai seorang beriman.
Di dalam ajaran Islam, seseorang diingatkan untuk selalu mengingat kebaikan, menjauhkan diri dari kesombongan, dan tidak menganggap diri lebih baik daripada orang lain. Sifat rendah hati sangat dihargai dalam Islam.
Abu Suleiman al-Darani juga menegaskan pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama dan menjauhkan diri dari sifat buruk yang dapat merugikan orang lain.
Sebagai seorang yang memiliki ilmu, seorang Muslim diingatkan untuk selalu memperhatikan apa yang dimakannya. Tidak hanya soal makanan, tetapi juga soal halal dan haram.
Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadis, seseorang harus berhati-hati dalam memilih makanan yang halal dan baik. Tidak hanya fisik yang harus dijaga, tetapi juga aspek spiritual dalam kehidupan sehari-hari, seperti menjaga lidah dan pikiran agar tetap terjaga dari keburukan.
Ilmu yang didapatkan harus digunakan untuk kebaikan. Seorang beriman tidak boleh memandang ilmu sebagai sekadar sarana untuk meraih kebanggaan atau prestise di mata manusia.
Ilmu sejati adalah yang mendekatkan seseorang kepada Allah dan membantunya menjalani hidup sesuai dengan petunjuk-Nya. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk memberikan manfaat kepada orang lain.
Salah satu ajaran penting dalam Islam adalah menghindari kekikiran dan selalu berusaha memberi kepada orang lain. Allah sangat mencintai orang yang dermawan, yang rela berbagi rezeki dengan sesama.
Dalam hal ini, Abu Suleiman al-Darani mengingatkan agar seseorang tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, tetapi juga kepentingan orang lain.
Kesadaran untuk selalu berbuat baik, menjaga hati dan lidah, serta memanfaatkan ilmu untuk kebaikan adalah ciri utama seorang beriman. Tidak hanya berfokus pada dunia, tetapi juga mengingat bahwa kehidupan yang sesungguhnya ada di akhirat.
Oleh karena itu, seseorang yang benar-benar ingin mendapatkan manfaat dari ilmunya harus selalu berusaha untuk hidup sesuai dengan ajaran agama dan menjaga hubungan baik dengan sesama.
Dalam akhirnya, sabda Nabi Muhammad SAW mengingatkan bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang membawa seseorang lebih dekat kepada Allah dan memberikan kebaikan bagi umat manusia.
Dunia hanya sebagai sarana untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Dengan menjauhi godaan dunia, berteman dengan orang-orang yang baik, dan tidak merugikan sesama, seseorang akan mendapatkan kebahagiaan sejati yang tidak ternilai harganya.(Red/Part 12)