Manfaat Orang Kaya yang Bersyukur Lebih Baik dari Orang Miskin yang Sabar

- Pewarta

Senin, 30 Desember 2024 - 07:09 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sumenep, Salam News. Id – Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita mendengar pernyataan yang menyatakan bahwa orang miskin yang sabar lebih mulia daripada orang kaya. Namun, dalam perspektif Islam, hal ini bisa jadi lebih kompleks. Seperti yang disampaikan oleh Ustad Juneid, orang kaya yang bersyukur justru lebih baik daripada orang miskin yang sabar dan tanggungan. Mengapa demikian? Hal ini berakar pada pemahaman yang lebih dalam terhadap konsep keberkahan dan syukur yang ada dalam ajaran agama Islam.

Menurut ayat Al-Qur’an dalam Surah Al-Duha: 8, Allah SWT berfirman, “Dan Dia mendapati kamu dalam keadaan berkekurangan dan memperkaya-Nya.” Ayat ini menggambarkan betapa Allah SWT yang memiliki kuasa untuk mengubah keadaan hamba-Nya, memberikan rezeki dan kekayaan pada siapa saja yang Dia kehendaki. Dalam hal ini, kekayaan bukan hanya tentang materi, melainkan juga tentang bagaimana seseorang menyikapi anugerah tersebut dengan rasa syukur.

Rasulullah SAW sendiri dalam sabdanya menyatakan bahwa beliau memohon perlindungan dari Allah SWT dari kemiskinan dan kelaparan. Sabda ini menunjukkan bahwa kemiskinan bukanlah sesuatu yang diinginkan meskipun seseorang dalam kondisi sabar. Rasulullah lebih menekankan pentingnya seseorang bisa bersyukur dengan apa yang diberikan Allah, sekaligus menjauhi sifat sombong atau merasa lebih dari orang lain.

Ucapan KPU-HPN 2025

Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari, orang kaya yang bisa bersyukur akan lebih bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat di sekitarnya. Ketika memiliki kekayaan, seseorang bisa membantu orang lain yang membutuhkan tanpa merasa tertekan atau terbebani. Dalam hal ini, rasa syukur yang ada dalam diri orang kaya tersebut akan memperkuat ketakwaannya kepada Allah. Sebaliknya, orang miskin yang sabar tanpa berusaha untuk memperbaiki keadaan bisa terjebak dalam kondisi yang stagnan.

Keutamaan Orang Kaya yang Bersyukur dalam Perspektif Islam

Ustad Juneid menambahkan bahwa dalam Islam, orang kaya yang bersyukur memiliki kedudukan yang lebih mulia di hadapan Allah. Orang yang kaya namun tetap bersyukur, tetap rendah hati dan tidak menyombongkan diri atas kekayaannya, adalah orang yang benar-benar memahami ajaran agama. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah: 261, “Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti satu butir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai.” Ini menunjukkan bahwa keberkahan dalam kekayaan hanya akan dirasakan apabila seseorang menyikapinya dengan rasa syukur.

Ketika Allah memberikan kekayaan kepada seseorang, itu adalah ujian. Bagaimana seseorang mengelola kekayaan tersebut sangat menentukan kualitas imannya. Kekayaan itu bukan hanya tentang mendapatkan duniawi, tetapi juga bagaimana seseorang bisa memanfaatkannya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan membantu sesama. Oleh karena itu, orang kaya yang bersyukur, dengan ikhlas dan hati yang penuh rasa terima kasih kepada Allah, akan memperoleh keberkahan yang lebih besar.

Baca Juga :  Pikiran Bijak, Nafsu Terkendali: Menemukan Kedamaian dalam Hidup

Sebaliknya, orang miskin yang sabar tanpa berusaha untuk mengubah keadaan atau memperbaiki nasibnya dapat terjebak dalam kemiskinan yang tanpa manfaat. Kesabaran memang baik, tetapi apabila disertai dengan usaha dan doa, maka kesabaran tersebut akan lebih bermakna. Dalam ajaran Islam, kita diperintahkan untuk selalu berusaha, tidak hanya berserah diri tanpa berusaha memperbaiki keadaan.

Pentingnya Syukur dalam Kehidupan Seorang Muslim

Dalam konteks ini, Ustad Juneid menekankan bahwa syukur bukan hanya tentang ucapan, tetapi juga tindakan. Syukur yang sejati adalah apabila seseorang menggunakan segala anugerah yang Allah berikan untuk kebaikan, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Syukur terhadap harta misalnya, tidak hanya dengan berkata “Alhamdulillah”, tetapi dengan mendistribusikan sebagian dari harta tersebut kepada orang yang membutuhkan.

Salah satu aspek penting yang disampaikan oleh Ustad Juneid adalah bahwa orang yang kaya dan bersyukur tidak akan pernah sombong atau angkuh. Sebaliknya, ia akan merasa lebih dekat dengan Allah karena tahu bahwa kekayaannya adalah pemberian-Nya. Oleh karena itu, seseorang yang kaya dan bersyukur bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak amal baik, memberi sedekah, dan berbuat kebaikan untuk orang lain.

Saleh, Kaya, dan Tersembunyi

Salah satu pesan penting dalam ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah adalah bahwa Allah menyukai hamba-Nya yang saleh, kaya, dan tersembunyi. Tiga karakteristik ini sangat penting untuk diperhatikan. Orang yang saleh adalah orang yang takwa kepada Allah, selalu berusaha menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Orang kaya yang saleh adalah mereka yang bersyukur dan memanfaatkan kekayaan mereka untuk berbuat baik.

Kekayaan, dalam pandangan ini, bukan hanya sekedar materi tetapi juga anugerah yang harus disyukuri. Seorang yang kaya, namun tidak sombong, tidak memperlihatkan kekayaannya secara berlebihan, dan tidak merasa lebih dari orang lain adalah orang yang memenuhi kriteria ini. Mereka tidak merasa perlu untuk selalu tampil atau menunjukkan status sosial mereka. Keberkahan dalam kekayaan mereka terletak pada ketakwaan dan kesederhanaan dalam hidup.

Baca Juga :  Perjalanan Hidup dan Makna Kematian menurut Kang Juned Al Baudadi: Sebuah Renungan Filosofis

Menjadi Orang yang Tersembunyi

Orang yang tersembunyi, sebagaimana dijelaskan oleh Ustad Juneid, adalah orang yang tidak ingin dikenal atau dipuji oleh orang lain. Mereka lebih memilih untuk berbuat baik dengan cara yang tidak diketahui orang banyak. Ini adalah prinsip yang sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim. Sebagaimana yang diajarkan dalam hadits, amal yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi jauh lebih mulia daripada yang dilakukan dengan pameran. Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk tidak membanggakan amal baik yang kita lakukan.

Hal ini sejalan dengan prinsip kehormatan dalam Islam yang mengajarkan kita untuk tidak sombong, baik dalam kekayaan maupun dalam amal perbuatan. Seorang yang kaya dan bersyukur akan lebih mudah untuk menjadi orang yang tersembunyi, yang tidak mencari pujian atau penghargaan dari orang lain. Ia hanya ingin mendapatkan keridhaan Allah semata.

Kesimpulan

Dalam pandangan Islam, orang kaya yang bersyukur memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada orang miskin yang sabar tanpa usaha. Syukur atas kekayaan yang diberikan Allah membawa keberkahan yang luar biasa, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Orang yang kaya dan saleh adalah mereka yang merasa puas dengan apa yang diberikan Allah dan memanfaatkan harta tersebut dengan cara yang bermanfaat. Selain itu, sifat tidak mencolok, atau menjadi orang yang tersembunyi dalam kebaikan, juga merupakan ciri penting bagi seorang Muslim yang bertakwa. Dengan demikian, setiap individu hendaknya berusaha menjadi orang yang kaya, saleh, dan tersembunyi, karena inilah sifat yang sangat disukai oleh Allah SWT.

Refrensi Kajian :

الغني الشاكر أفضل من الفقير الصابر على المعتمد، والدليل على ذلك أن الله تعالى لم يختر لنبيه الله إلا الغنى، فقال تعالى: ﴿وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَى﴾ [الضحى: ۸]. قال القاضي عياض: من قال إن النبي ﷺ فقير فليستغفر ويستتاب، فكيف يقول ذلك وقد قال الله تعالى: ﴿وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَى﴾ [الضحى: ٨]، وقد استعاذ النبي ﷺ من الفقر فقال: «اللهم إني أعوذ بك من الجوع والفقر»، وقال: «كاد الفقر أن يكون كفراً». اهـ. تقرير.

قال رسول الله “إن الله يحب العبد التقي الغني الخفي” رواه مسلم

١ – التقي: يعني متق لله عز وجل

٢ – الغني: القانع بما أعطاه الله

٣ – والخفي: هو الذي لا يظهر نفسه ولا يهتم أن يظهر عند الناس أو يشار إليه بالبنان.

(Red )

Berita Terkait

Sambut Tahun Baru Islam 1447 H, MWC NU Rubaru Gelar Aksi Bersih Masjid
Dari Lokalisasi Menuju Cahaya: Dzikir dan Sholawat Sambut Tahun Baru Islam di Batu Ampar
Takbir Menggema, Iman Menguat: Pemkab Sumenep Sambut Iduladha 1446 H
Pemerintah Tetapkan 1 Zulhijah 1446 H Jatuh pada 28 Mei 2025, Idul Adha Dirayakan 6 Juni
Jalan Menuju Kemuliaan: Kedermawanan, Ilmu, dan Cinta Akhirat
Tiga Pilar Iman: Cinta, Takut, dan Malu kepada Allah SWT
Jangan Merasa Paling Benar, Akhir Hidup Kita Masih Rahasia
Menghidupkan Sunnah: Prinsip Hidup Sayyidina Ali radhiyallahu ‘anhu dalam Mencapai Ridha Allah

Berita Terkait

Minggu, 29 Juni 2025 - 19:09 WIB

Sambut Tahun Baru Islam 1447 H, MWC NU Rubaru Gelar Aksi Bersih Masjid

Jumat, 27 Juni 2025 - 07:28 WIB

Dari Lokalisasi Menuju Cahaya: Dzikir dan Sholawat Sambut Tahun Baru Islam di Batu Ampar

Kamis, 5 Juni 2025 - 22:23 WIB

Takbir Menggema, Iman Menguat: Pemkab Sumenep Sambut Iduladha 1446 H

Kamis, 29 Mei 2025 - 18:20 WIB

Pemerintah Tetapkan 1 Zulhijah 1446 H Jatuh pada 28 Mei 2025, Idul Adha Dirayakan 6 Juni

Sabtu, 24 Mei 2025 - 10:33 WIB

Jalan Menuju Kemuliaan: Kedermawanan, Ilmu, dan Cinta Akhirat

Kamis, 15 Mei 2025 - 22:26 WIB

Tiga Pilar Iman: Cinta, Takut, dan Malu kepada Allah SWT

Sabtu, 19 April 2025 - 20:14 WIB

Jangan Merasa Paling Benar, Akhir Hidup Kita Masih Rahasia

Jumat, 28 Maret 2025 - 13:02 WIB

Menghidupkan Sunnah: Prinsip Hidup Sayyidina Ali radhiyallahu ‘anhu dalam Mencapai Ridha Allah

Berita Terbaru

Berita

Bappeda Sumenep Ajak Mahasiswa Kawal Pembangunan Daerah

Minggu, 29 Jun 2025 - 17:19 WIB