Menemukan Kedamaian Dunia dan Akhirat: Pesan Usman, Ali, dan Abdullah bin Mas’ud tentang Kehidupan yang Bermakna

- Pewarta

Minggu, 9 Maret 2025 - 12:15 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Ustad Juneid

Artikel, Salam News. Id – Kehidupan dunia ini adalah ujian bagi setiap umat manusia, dan dalam Islam, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini memiliki makna yang lebih besar.

Salah satunya adalah ajaran yang disampaikan oleh Usman radhiyallahu ‘anhu, yang mengajarkan kita tentang keutamaan meninggalkan dunia ini dengan cara yang benar. “Siapa yang meninggalkan dunia ini, maka Tuhan Yang Maha Esa akan mencintainya,” ujarnya.

Ucapan KPU-HPN 2025

Ini adalah pesan yang mendalam tentang bagaimana kita harus mengutamakan kehidupan akhirat dan meninggalkan keserakahan duniawi. Dalam hal ini, Allah SWT akan memberikan cinta-Nya kepada siapa pun yang menempatkan dunia dalam posisi yang tepat.

Sahabat Usman juga mengajarkan kita bahwa siapa yang meninggalkan dosa, maka para malaikat akan mencintainya. Dosa adalah sumber segala keburukan yang membawa seseorang jauh dari rahmat Allah.

Dengan meninggalkan dosa, seseorang tidak hanya mendapatkan cinta Allah, tetapi juga cinta dari malaikat yang selalu mendoakan kebaikan bagi hamba-hamba-Nya.

Ini menunjukkan pentingnya menjaga diri dari perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain, serta bagaimana hal ini berhubungan langsung dengan kasih sayang Allah dan malaikat.

Selain itu, Usman radhiyallahu ‘anhu juga mengingatkan kita tentang pentingnya menghilangkan keserakahan dari kaum Muslimin. Keserakahan hanya akan membawa kerusakan dalam masyarakat.

Dengan menghilangkannya, kita akan menciptakan kedamaian dan cinta di antara sesama umat Islam. Seorang Muslim yang bebas dari sifat serakah akan mendapat tempat yang istimewa di hati sesama Muslim, yang mendambakan kedamaian dan kesejahteraan bersama.

Ini adalah bagian dari pengajaran moral yang tinggi, mengingatkan kita untuk selalu menjaga hubungan baik dengan sesama.

Islam sebagai Nikmat Terbesar

Ali radhiyallahu ‘anhu juga memberikan nasihat yang sangat berharga dalam hidup kita. Dalam salah satu ucapannya, beliau mengatakan, “Di antara nikmat dunia, Islam cukup bagimu.” Ini menunjukkan bahwa bagi seorang Muslim, iman dan Islam adalah anugerah terbesar yang diberikan oleh Allah.

Islam memberi petunjuk hidup yang jelas dan membawa kedamaian dalam kehidupan dunia dan akhirat. Dalam kehidupan yang penuh ujian ini, Islam adalah pegangan yang memberikan ketenangan.

Ali juga menegaskan, “Kerja, ketaatan cukup bagimu.” Dalam konteks ini, beliau mengingatkan kita bahwa pekerjaan yang dilakukan dengan niat yang baik, serta ketaatan kepada Allah, adalah bagian dari kehidupan yang penuh berkah.

Baca Juga :  Keberkahan dalam Setiap Suapan: Nasi, Shalawat, dan Kehidupan yang Penuh Makna

Hal ini juga mencakup pentingnya ikhlas dalam setiap amal perbuatan yang dilakukan. Ketaatan kepada Allah menjadi syarat utama dalam menjalani hidup yang diberkahi. Islam tidak mengajarkan kita untuk hanya mengejar dunia, tetapi juga mengingatkan kita tentang kehidupan akhirat yang jauh lebih kekal.

Selanjutnya, Ali juga menyampaikan, “Dan hikmahnya, kematian saja cukup bagimu.” Kematian adalah pengingat terbesar bagi kita semua bahwa hidup di dunia ini tidaklah abadi.

Kematian mengingatkan kita untuk selalu mempersiapkan diri menghadapi kehidupan akhirat yang kekal. Dalam setiap langkah hidup kita, kematian seharusnya menjadi pelajaran penting untuk menjalani hidup yang lebih baik dan penuh ketaatan kepada Allah.

Keberkahan dalam Kehidupan

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga memberikan nasihat bijak terkait keberkahan dalam hidup. Ia mengatakan bahwa betapa banyak orang yang diberi keberkahan atas dirinya.

Keberkahan itu datang bukan hanya dari harta benda, tetapi juga dari ketenangan jiwa, kebahagiaan dalam beribadah, serta kemudahan dalam menjalani kehidupan.

Namun, seringkali banyak orang yang terpesona dengan pujian terhadap dirinya, dan sebagian dari mereka malah tertipu oleh pujian tersebut. Pujian duniawi tidaklah kekal, dan seringkali dapat menjerumuskan seseorang ke dalam kesombongan.

Hal ini mengingatkan kita untuk selalu rendah hati dan tidak mudah terperdaya dengan pujian manusia. Pujian hanya sementara, sementara amal dan ketakwaan kepada Allah adalah yang abadi.

Oleh karena itu, setiap Muslim harus bijaksana dalam menghadapi pujian dan selalu menjaga diri agar tidak terjerumus dalam perasaan sombong atau takabur.

Mencari Nafkah dengan Cara yang Halal

Dalam sabda Nabi Daud a.s., yang dicatat dalam kitab Mazmur, beliau mengingatkan bahwa orang yang berakal hanya perlu melakukan tiga hal utama: mencari rezeki yang halal, menafkahi keluarga dengan cara yang benar, dan mencari kesenangan dengan cara yang halal.

Rezeki adalah amanah dari Allah yang harus kita peroleh dengan cara yang baik dan halal. Dalam dunia yang penuh godaan ini, mencari nafkah yang halal adalah kewajiban setiap Muslim. Ketenangan dan keberkahan hanya bisa diperoleh jika rezeki yang diperoleh berasal dari sumber yang halal.

Mencari nafkah yang halal juga berarti menjaga kehormatan diri dan keluarga dari godaan dunia yang merusak. Dengan demikian, setiap amal yang kita lakukan, baik dalam mencari nafkah maupun dalam beribadah, harus didasarkan pada prinsip kehalalan dan ketaatan kepada Allah.

Baca Juga :  Mengendalikan Nafsu, Memperbaiki Diri: Hikmah dalam Mengenal Allah

Semoga setiap langkah hidup kita senantiasa diberkahi dan mendapat cinta-Nya, serta menjadi jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.(Red/Part 9)

Refrensi Kajian,
Kitab Nashaihul Ibad
وَعَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: مَنْ تَرَكَ الدُّنْيَا أَحَبَّهُ اللَّهُ تَعَالَى، وَمَنْ تَرَكَ الذُّنُوبَ أَحَبَّهُ المَلائِكَةُ، وَمَنْ حَسمَ الطَّمَع عَنِ المُسْلِمِينَ أَحَبَّهُ المُسْلِمُونَ.
وَعَنْ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : إِنَّ مِنْ نَعِيمُ الدُّنْيَا يَكْفِيكَ الإِسْلَامُ نِعْمَةً، وَإِنَّ من الشغل يكفيك الطاعة شغلاً، وَإِنَّ مِنَ العِبْرَة يَكْفِيكَ المَوْتُ عِبْرَةٌ.
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَمْ مِنْ مُسْتَدْرَجِ بِالنَّعْمَةِ عَلَيْهِ.
وَكَمْ مِنْ مَفْتُونِ بِالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، وَكَمْ مِنْ مَغْرُورٍ بِالسَّفْرِ عَلَيْهِ .
وَعَنْ دَاوُودَ النَّبِي عَلَيْهِ السَّلامُ قَالَ : أُوحِيَ فِي الرَّبُورِ : حَقَّ عَلَى العَاقِلِ أَلَّا يَشْتَغِلَ إِلَّا بِثَلاث : تزود لِمَعَادٍ، وَمُؤنَةٌ لِمَعَاشِي، وَطَلَبُ لَذَّةٍ بِحَلَالٍ.
(و) المقالة الرابعة عن عثمان رضي الله عنه : من ترك الدنيا) بأن أقل الشيع والأكل وأبغض الثناء من الناس أحبه الله تعالى) لأنه ترك الرباء والتفاخر (ومن ترك الذنوب أحبه الملائكة لأنه لا يتعب الكتبة الذين يكتبون السيئات ومن حسم الطمع عن المسلمين) أي قطعه عنهم (أحبه المسلمون) لأنه لا يكدر قلوبهم.
( يكفيك الإسلام نعمة) فإن أعظم نعم الله للعبد إخراجه له من العدم إلى الوجود وإخراجه من ظلمات الكفر إلى نور الإسلام (وإن من الشغل بكفيك الطاعة شغلاً) قطاعة الله تعالى أعظم الأشغال وإن من العبرة) أي العظة (يكفيك الموت عبرة)
و) المقالة الخامسة عن علي رضي الله عنه) وكرم وجهه (إن من نعيم الدنيا
فإن الموت أكبر المواعظ للناس.
(و) المقالة السادسة ( عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه: كم من مستدرج أي مأخوذ قليلاً قليلاً (بالنعمة) بإكثارها (عليه، وكم من مفتون) أي ممتحن بالبلاء (بالثناء) أي بكثرة ثناء الناس عليه، وكم من مغرور) أي مطمئن
قلبه في الدنيا وغافل عن الآخرة (بالستر) أي يستر الله عيوبه (عليه).
(و) المقالة السابعة ( عن داود النبي عليه السلام (قال: أوحي في الزبور) وهو كتاب أنزل عليه (حق على العاقل) أي واجب عليه أن لا يشتغل إلا بثلاث) من الحصال (تزود المعاد) أي لآخرته بأداء الأعمال الصالحة (ومؤنة المعاش) أي قيام بأمر كفايته وصوله، وفي عبارة ومرمة المعاشي بفتح الميم والراء وتشديد الميم أي إصلاحه وطلب الذة بحلال) فإن كسب الحلال واجب.

Berita Terkait

Sambut Tahun Baru Islam 1447 H, MWC NU Rubaru Gelar Aksi Bersih Masjid
Dari Lokalisasi Menuju Cahaya: Dzikir dan Sholawat Sambut Tahun Baru Islam di Batu Ampar
Takbir Menggema, Iman Menguat: Pemkab Sumenep Sambut Iduladha 1446 H
Pemerintah Tetapkan 1 Zulhijah 1446 H Jatuh pada 28 Mei 2025, Idul Adha Dirayakan 6 Juni
Jalan Menuju Kemuliaan: Kedermawanan, Ilmu, dan Cinta Akhirat
Tiga Pilar Iman: Cinta, Takut, dan Malu kepada Allah SWT
Jangan Merasa Paling Benar, Akhir Hidup Kita Masih Rahasia
Menghidupkan Sunnah: Prinsip Hidup Sayyidina Ali radhiyallahu ‘anhu dalam Mencapai Ridha Allah

Berita Terkait

Minggu, 29 Juni 2025 - 19:09 WIB

Sambut Tahun Baru Islam 1447 H, MWC NU Rubaru Gelar Aksi Bersih Masjid

Jumat, 27 Juni 2025 - 07:28 WIB

Dari Lokalisasi Menuju Cahaya: Dzikir dan Sholawat Sambut Tahun Baru Islam di Batu Ampar

Kamis, 5 Juni 2025 - 22:23 WIB

Takbir Menggema, Iman Menguat: Pemkab Sumenep Sambut Iduladha 1446 H

Kamis, 29 Mei 2025 - 18:20 WIB

Pemerintah Tetapkan 1 Zulhijah 1446 H Jatuh pada 28 Mei 2025, Idul Adha Dirayakan 6 Juni

Sabtu, 24 Mei 2025 - 10:33 WIB

Jalan Menuju Kemuliaan: Kedermawanan, Ilmu, dan Cinta Akhirat

Kamis, 15 Mei 2025 - 22:26 WIB

Tiga Pilar Iman: Cinta, Takut, dan Malu kepada Allah SWT

Sabtu, 19 April 2025 - 20:14 WIB

Jangan Merasa Paling Benar, Akhir Hidup Kita Masih Rahasia

Jumat, 28 Maret 2025 - 13:02 WIB

Menghidupkan Sunnah: Prinsip Hidup Sayyidina Ali radhiyallahu ‘anhu dalam Mencapai Ridha Allah

Berita Terbaru

Berita

Bappeda Sumenep Ajak Mahasiswa Kawal Pembangunan Daerah

Minggu, 29 Jun 2025 - 17:19 WIB