Mengeluh tentang Hidup, Sebuah Tanda Ketidakpuasan terhadap Takdir Allah

- Pewarta

Sabtu, 8 Maret 2025 - 15:09 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Ustad Juneid

Artikel, Salam News. Id – Diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda, “Barangsiapa yang bangun tidur mengeluh tentang sulitnya penghidupannya, maka ia seolah-olah sedang mengeluh kepada Tuhannya.” Hadis ini mengingatkan kita bahwa mengeluh kepada manusia terkait kesulitan hidup bisa berarti ketidakpuasan terhadap takdir Allah.

Hal ini menunjukkan pentingnya kita untuk menerima segala ketentuan Allah dengan penuh sabar dan tawakal.

Ucapan KPU-HPN 2025

Rasulullah SAW mengajarkan bahwa kita sebaiknya tidak mengeluh kepada manusia terkait masalah hidup. Mengeluh kepada manusia bukan hanya tidak berguna, tetapi juga bisa mencerminkan ketidakpuasan terhadap ketetapan Allah yang Maha Esa.

Dalam hadis tersebut, Rasulullah menekankan agar kita lebih banyak bersyukur dan berdoa kepada Allah sebagai sumber segala kebaikan.

Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan doa yang disampaikan oleh Nabi Musa AS ketika menghadapi ujian. Doa itu berbunyi, “Ya Allah, bagi-Mulah segala pujian, dan bagi-Mulah pengaduan, dan Engkaulah yang memberi pertolongan.

Tidak ada daya dan kekuatan kecuali kepada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Ini menunjukkan bahwa, meski dalam kesulitan, seharusnya kita hanya mengadu kepada Allah.

Pentingnya doa dalam menghadapi masalah hidup juga tercermin dalam kisah Al-A’mash, yang menceritakan bagaimana seorang pria mengingatkan untuk selalu memohon pertolongan kepada Allah dalam setiap keadaan.

Dengan doa dan tawakal, setiap masalah hidup akan terasa lebih ringan dan kita bisa merasakan kedamaian batin.

Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda, “Barangsiapa bersedih karena urusan duniawi, maka ia murka kepada Allah.” Maknanya adalah, kesedihan terhadap urusan duniawi bisa menunjukkan ketidakpuasan terhadap takdir Allah.

Hal ini terjadi karena kita seringkali tidak sabar menghadapi ujian hidup dan kurang bersyukur dengan apa yang telah Allah tetapkan.

Konsep menerima takdir Allah dengan sabar adalah salah satu prinsip dasar dalam agama Islam. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah ditentukan oleh Allah. Oleh karena itu, seorang Muslim seharusnya bisa menerima takdirnya dengan lapang dada dan tidak terbawa perasaan marah atau kesal terhadap apa yang terjadi dalam hidupnya.

Seringkali, kita sebagai manusia merasa tertekan dan marah ketika menghadapi kesulitan. Namun, Rasulullah SAW mengingatkan agar kita tidak mudah terpengaruh oleh perasaan tersebut.

Menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari takdir Allah akan membantu kita untuk tetap tenang dan sabar dalam menghadapi ujian hidup.

Selain itu, terdapat pula pesan dalam hadis yang mengajarkan tentang pentingnya menghargai ilmu dan kebenaran. Rasulullah SAW mengatakan bahwa seseorang yang merendahkan dirinya demi harta, maka hilanglah sepertiga agamanya.

Baca Juga :  Perjalanan Hidup dan Makna Kematian menurut Kang Juned Al Baudadi: Sebuah Renungan Filosofis

Ini mengingatkan kita untuk tidak memuja harta lebih dari ilmu dan kebenaran, karena pada akhirnya, ilmu dan kebenaranlah yang akan membawa kebahagiaan sejati.

Abu Bakar Al-Siddiq radhiyallahu ‘anhu juga menyampaikan bahwa ada tiga hal yang tidak dapat dicapai hanya dengan usaha duniawi.

Kekayaan tidak bisa diperoleh hanya dengan kemauan keras, awet muda tidak bisa dicapai dengan pewarna rambut, dan kesehatan tidak bisa didapatkan hanya dengan obat. Semua itu hanya bisa tercapai dengan izin dan takdir Allah semata.

Umar radhiyallahu ‘anhu juga mengajarkan pentingnya berbuat baik kepada sesama. “Berbuat baik kepada orang lain adalah separuh dari pikiran,” katanya.

Dalam kehidupan sehari-hari, berbuat baik kepada orang lain tidak hanya mendatangkan pahala, tetapi juga menumbuhkan kedamaian dalam hati kita. Kebaikan kepada orang lain adalah cerminan dari sifat luhur yang seharusnya dimiliki oleh setiap Muslim.

Selain itu, dalam pasal ketiga, Umar radhiyallahu ‘anhu juga mengajarkan pentingnya pengelolaan yang baik dalam hidup. Pengelolaan yang baik dalam setiap urusan kita, baik itu ilmu, harta, atau hubungan sosial, adalah separuh dari nafkah hidup yang berkah.

Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk menjalani hidup dengan penuh kebijaksanaan dan ketekunan.

Rasulullah SAW juga mengajarkan agar kita memperlakukan orang dengan baik, karena itu adalah sedekah. Setiap tindakan kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain akan mendapatkan ganjaran dari Allah.

Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita bahwa berbuat baik kepada orang lain adalah salah satu cara untuk meraih keberkahan hidup.

Akhirnya, semua ini menunjukkan betapa pentingnya memiliki pandangan yang benar terhadap kehidupan. Setiap masalah yang kita hadapi adalah ujian dari Allah, dan cara kita menghadapinya mencerminkan kualitas iman kita.

Dengan sabar, tawakal, dan sikap yang positif terhadap takdir, kita bisa menjalani hidup dengan lebih tenang dan bahagia.

Refrensi Kajian,
Kitab Nashaihul Ibad

وِيَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ : مَنْ أَصْبَحَ وَهُوَ يَشْكُو ضِيقَ المَعَاشِ .. فَكَأَنَّمَا يَشكُو رَبَّهُ، وَمَنْ أَصْبَحَ الأُمُورِ الدُّنْيَا حَزيناً .. فَقَدْ أَصْبَحَ سَاخِطَاً عَلَى اللَّهِ،

باب الثلاثي

وفيه خمس وخمسون موعظة، سبعة أخبار والباقي آثار …

المقالة الأولى: روي عن النبي الله أنه قال: «مَنْ أَصْبَحَ) أي دخل في وقت الصباح (وَهُوَ يَشْكُو) إلى الناس ( ضِيقَ المَعَاشِ فَكَأَنَّمَا يَشْكُو رَبَّهُ) والشكاية لا تليق إلا إلى الله فإنها من جملة الدعاء.

أما الشكاية إلى الناس فهي من علامات عدم الرضا بقسمة الله تعالى له كما روي عن عبد الله بن مسعود قال: قال رسول : أَلَا أُعَلِّمُكُمُ الكَلِمَاتِ الَّتِي تَكَلَّمَ بِهَا مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ حِينَ جَاوَزَ البَحْرُ مَعَ بَنِي إِسْرَائِيل؟ فقلنا : بلى يا رسول الله، قال: قولوا اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ وَإِلَيْكَ المُشْتَكَى وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلا بِالله العلي العظيم، قال الأعمش : فما تركتهن منذ سمعتهن من شقيقي الأسدي الكوفي، وهو عن عبد الله رضي الله عنه .

Baca Juga :  Bupati Sumenep Hadiri Presmian Kantor IKSASS Kangean

قال الأعمش : أتاني آت في المنام فقال: يا سليمان زد في هذه الكلمات ونستعينك على فساد فينا وتسألك صلاح أمرنا كله .

(وَمَنْ أَصْبَحَ) أي دخل في الصباح الأمور الدُّنْيَا حَزِينَاً فَقَدْ أَصْبَحَ سَاخِطَاً على الله) والمعنى من حزن على أمور الدنيا فقد غضب على الله لأنه لم يرض بقضاء الله ولم يصبر على بلائه ولم يؤمن بقدره لأن كل ما وقع في الدنيا فهو

بقضاء الله تعالى وقدره (وَمَنْ تَوَاضَعَ لِغَنِي لِغِنَاهُ فَقَدْ ذَهَبَ ثُلُنَا دِيْنِهِ) أَي لأن الشريعة أن يكون تعظيم الناس لأجل صلاحه ولأجل علمه دون التعظيم لأجل ماله. فإن من أكرم المال أهان العليم والصلاح

وَعَنْ أَبِي بَكْرِ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : ثَلَاتٌ لَا تُدْرَكُ بِثَلَاثٍ : الغِنَى بِالمُنَى ، وَالشَّبَابُ بِالخِضَابِ، وَالصَّحَةُ بِالأَدْوِيَةِ.

وَعَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : حُسْنُ التَّوَدُّدِ إِلَى النَّاسِ نِصْفُ العَقْلِ، وَحُسْنُ السُّوَالِ نِصْفُ العِلْمِ، وَحُسْنُ التَّدْبِيرِ نِصْفُ المَعِيشَة.

قال سيدي عبد القادر الجيلاني قدس سره لا بد لكل مؤمن في سائر أحواله من ثلاثة أشياء أمر يمتثله، ونهي يجتنبه، وقدر يرضى به، فأقل حالات المؤمن لا يخلو فيها من أحد هذه الأشياء الثلاثة فينبغي له أن يلزم همها قلبه ويحدث بها نفسه ويأخذ الجوارح بها في سائر أحواله اهـ.

(و) المقالة الثانية ( عن أبي بكر الصديق رضي الله عنه: ثلاث لا تدرك بثلاث أي ثلاث خصال لا تطلب بثلاثة أشياء الغني بالمنى) بضم الميم جمع منية أي فلا يحصل الغنى بالأماني بل بالقسمة من الله تعالى (والشباب بالخضاب) فلا يحصل الشباب بخضاب الشعر بالحناء ونحوه والصحة بالأدوية) فلا تحصل الصحة بنفس الأدوية بل بشفاء الله تعالى.

(و) المقالة الثالثة عن عمر رضي الله عنه : حسن التودد) أي المحبة (إلى الناس نصف العقل كما روى ابن حيان والطبراني والبيهقي عن جابر بن عبد الله أن النبي ﷺ قال: مُدَارَةُ النَّاسِ صَدَقَةٌ أي ملاطفة الناس بالقول والفعل يثاب عليها ثواب الصدقة، وكان من مداراته أنه لا يذم طعاماً ولا ينهر خادماً ولا يضرب امرأة والمداراة هي ترك الدنيا لأجل الدين عكس المداهنة وحسن السوال) أي للعلماء (نصف العلم لأن العلم يحصل به وحسن التدبير) أي إجراء الأمور على علم العواقب (نصف المعيشة) وهي مكسب الإنسان الذي يعيش

Berita Terkait

Sambut Tahun Baru Islam 1447 H, MWC NU Rubaru Gelar Aksi Bersih Masjid
Dari Lokalisasi Menuju Cahaya: Dzikir dan Sholawat Sambut Tahun Baru Islam di Batu Ampar
Takbir Menggema, Iman Menguat: Pemkab Sumenep Sambut Iduladha 1446 H
Pemerintah Tetapkan 1 Zulhijah 1446 H Jatuh pada 28 Mei 2025, Idul Adha Dirayakan 6 Juni
Jalan Menuju Kemuliaan: Kedermawanan, Ilmu, dan Cinta Akhirat
Tiga Pilar Iman: Cinta, Takut, dan Malu kepada Allah SWT
Jangan Merasa Paling Benar, Akhir Hidup Kita Masih Rahasia
Menghidupkan Sunnah: Prinsip Hidup Sayyidina Ali radhiyallahu ‘anhu dalam Mencapai Ridha Allah

Berita Terkait

Minggu, 29 Juni 2025 - 19:09 WIB

Sambut Tahun Baru Islam 1447 H, MWC NU Rubaru Gelar Aksi Bersih Masjid

Jumat, 27 Juni 2025 - 07:28 WIB

Dari Lokalisasi Menuju Cahaya: Dzikir dan Sholawat Sambut Tahun Baru Islam di Batu Ampar

Kamis, 5 Juni 2025 - 22:23 WIB

Takbir Menggema, Iman Menguat: Pemkab Sumenep Sambut Iduladha 1446 H

Kamis, 29 Mei 2025 - 18:20 WIB

Pemerintah Tetapkan 1 Zulhijah 1446 H Jatuh pada 28 Mei 2025, Idul Adha Dirayakan 6 Juni

Sabtu, 24 Mei 2025 - 10:33 WIB

Jalan Menuju Kemuliaan: Kedermawanan, Ilmu, dan Cinta Akhirat

Kamis, 15 Mei 2025 - 22:26 WIB

Tiga Pilar Iman: Cinta, Takut, dan Malu kepada Allah SWT

Sabtu, 19 April 2025 - 20:14 WIB

Jangan Merasa Paling Benar, Akhir Hidup Kita Masih Rahasia

Jumat, 28 Maret 2025 - 13:02 WIB

Menghidupkan Sunnah: Prinsip Hidup Sayyidina Ali radhiyallahu ‘anhu dalam Mencapai Ridha Allah

Berita Terbaru

Berita

Bappeda Sumenep Ajak Mahasiswa Kawal Pembangunan Daerah

Minggu, 29 Jun 2025 - 17:19 WIB