Sumenep, Salam News. Id – Penutupan rangkaian lomba HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Desa Mandala, Kecamatan Rubaru, digelar meriah dan penuh warna-warni budaya. Acara ini menjadi puncak dari berbagai perlombaan yang sebelumnya digelar sejak awal Agustus oleh panitia tingkat desa.
Warga dari berbagai dusun datang berbondong-bondong ke lapangan desa untuk menyaksikan acara yang dinanti-nanti setiap tahunnya. Kemeriahan semakin terasa saat atraksi kesenian tradisional jaran serek mulai dipertontonkan di hadapan ratusan warga yang antusias.
Sebanyak 40 ekor kuda hias tampil memukau dengan balutan ornamen warna-warni yang menambah semarak suasana perayaan kemerdekaan. Setiap kuda dikendalikan oleh penunggang dan pawang berpengalaman, mengenakan kostum adat Madura yang mencolok dan penuh simbol budaya.

Iringan musik tradisional khas Madura mengiringi parade jaran serek, menciptakan suasana meriah yang menggugah semangat penonton. Anak-anak hingga orang tua tampak bersorak sorai dan ikut berjoget mengikuti irama musik dan gerakan kuda yang atraktif.
Atraksi ini tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga menunjukkan identitas budaya lokal yang terus dijaga keberlangsungannya. Puncak perhatian terjadi ketika Sekretaris Camat Rubaru, Saroji, diminta naik salah satu jaran serek oleh panitia penyelenggara.
Meski tampak sedikit gugup, Saroji menyambut ajakan itu dengan senyum dan semangat, lalu naik ke punggung kuda dengan hati-hati.
Setelah berhasil menunggangi kuda, ia berseloroh di depan warga, “Untung tidak jatuh!”, disambut gelak tawa dan tepuk tangan. Aksi spontan tersebut mengundang kegembiraan penonton dan memperlihatkan sisi humanis dari seorang pejabat pemerintahan.
Saroji kemudian menyampaikan pentingnya pelestarian budaya melalui kegiatan seperti ini, terutama bagi generasi muda. Menurutnya, parade jaran serek bukan sekadar tontonan, melainkan warisan budaya yang perlu dijaga bersama oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Masyarakat Rubaru menunjukkan semangat tinggi dalam merawat tradisi leluhur, ini patut diapresiasi dan dilestarikan,” ujarnya singkat. Warga dari dusun sekitar seperti Dusun Tengah, Dusun Timur, dan Dusun Barat tampak enggan beranjak sebelum acara benar-benar usai.
Mereka terlihat membawa serta anak-anak dan keluarga, mengenakan pakaian terbaik sebagai bentuk penghormatan terhadap perayaan tersebut. Beberapa warga bahkan membawa bekal makanan sendiri untuk piknik kecil di sekitar lokasi pertunjukan sepanjang siang hingga sore hari.
Penampilan kuda yang gagah, musik tradisional, serta nuansa kebersamaan menciptakan suasana yang sulit dilupakan oleh warga setempat. Jaran serek bukan hanya tontonan budaya, tetapi juga simbol kebersamaan dan perayaan kemerdekaan yang menyentuh hati masyarakat.
Dengan adanya acara ini, semangat kemerdekaan Republik Indonesia semakin terasa dalam bentuk nyata di tengah masyarakat pedesaan. Tradisi jaran serek di Mandala juga menjadi bukti bahwa budaya lokal tetap hidup di tengah arus modernisasi yang terus berkembang.
Semangat gotong royong dan partisipasi aktif warga menjadikan penutupan HUT RI ke-80 ini lebih dari sekadar seremoni biasa. Kehadiran tokoh masyarakat dan perangkat desa yang turut serta membuat acara ini semakin bermakna dan menginspirasi generasi muda.
Dengan penampilan kuda hias, kostum adat, dan irama musik Madura, perayaan ini menjadi lambang cinta tanah air yang otentik. Semoga semangat menjaga budaya lokal ini terus tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat, terutama di masa yang akan datang.
Penutupan lomba HUT RI ke-80 di Desa Mandala tidak hanya menyenangkan, tetapi juga menggugah kesadaran akan pentingnya budaya.(*/Red)











