Profil Tokoh Besar Timur Tengah Edisi Kedua Dengan Nama Lengkap, Syekh Abdullah bin Hijazi bin Ibrohim As Syarqawi

- Pewarta

Rabu, 13 Oktober 2021 - 07:02 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Mesir, Salam News. Id – Nama lengkapnya adalah Syekh Abdullah bin Hijazi bin Ibrohim As Syarqawi. Beliau lahir disebuah desa kecil bernama At Thowilah dekat desa Qarin di Provinsi As Syarqiyyah Mesir pada tahun 1150 H (1737 M). 

Masa mudanya beliau dibukkan dengan belajar. Beliau berhasil hafal al Qur’an pada usia belia. Kemudian beliau mulai belajar cabang-cabang ilmu yang menjadi syarat bisa belajar di Al Azhat.

Ucapan KPU-HPN 2025

Setelah beliau belajar Al Azhar, belisu banyak belajar kepada ulama’ terkemuka saat itu. Diantaranya, Syekh Ahmad bin Abdul Fattah Al Malawi, Syekh Ahmad bin Al Hasan Al Jauhari, Syekh Ali bin Ahmad As Sho’idi, Syekh Muhammad bin Salim Al Hifni (Syaikhul Azhar), Syekh Ahmad bin Abdul Mun’im Ad Damanhuri (Syaikhul Azhar), serta banyak masyayikh yang lainnya.

Beliau adalah Syekh Ulama’ Syafi’iyah dan menjadi mufti pada masanya.

Karangan beliau banyak sekali dalam berbagai disiplim ilmu yang menunjukkan keluasan ilmu dan keutamaannya, baik dalam fiqh, hadis atau akidah. Diantaranya adalah : 

1. At Tuhfatul Bahiyyah fi Thobaqatus Syafi’iyah

2. Hasyiyah Ala Tahrir

3. Syarh Hikam Ibnu Athoillah As Sakandari

4. Syarh Muhtashor Syamail Muhammadiyah

5. Fathul Mubdi Syarh Muhtashor Zabidi

6. Risalah fi “La Ilaha Ila Allah”

Ketika Fadhilatus Syekh Al Arusi (Syaikhul Azhar) wafat pada tahun 1208 H, Syekh Abdullah bin Hijazi bin Ibrohim As Syarqawi terpilih sebagai Syaikhul Azhar Al Syarif yang ke-12 jika dihitung dari Syaikhul Azhar Syekh Al Kharasyi.

Beliau mengahadapi banyak ujian dalam menjaga amanah sebagai Syaikhul Azhar saat itu, dari penolakan atas kedudukannya, fitnah, sampai pendudukan Perancis atas Mesir. Akan tetapi beliau mampu melewatinya dan tetap menjadi tauladan dan panutan umat saat itu. Dari hal pula dikatakan, bahwa Syekh As Syarqawi menjadi Syaikhul Azhar pada masa yang sangat penting bagi mesir secara husus dan seluruh peran, sikap dan keputusannya sangatlah penting.

Pertama yang beliau hadapi saat awal pengangkatan sebagai Syaikhul Azhar adalah penolakan atas posisinya oleh Syekh Musthofa As Showi yang saat itu menjadi kepala Pengajar di Madrasah Shalahiyah yang sekarang menjadi Masjid Imam Syafi’ie. Namun, tidak berlangsung lama.

Setelahnya, datang ujian dari sisi pemerintah yang mengakibatkan beliau bergenti mengajar dalam beberapa waktu dan sementara digantikan oleh Syekh Muhammad As Syabrowi.

Hal yang paling parah adalah munculnya Syaikhul Azhar tandingan  yang dipegang oleh Syekh Muhammad Amir, tapi hal ini bisa diatasi dengan baik sampai datang tentara perancis dibawah pimpinan Napoleon.

Pendudukan Perancis

Saat itu kekhalifahan Turki Usmani sedang dalam keadaan lemah, hususnya dalam bidang politik. Mesir yang merupakan bagian dari kehilafahan Usmani tidak luput dari dampak lemahnya politik saat itu. Di Mesir secara husus ada tiga kekuatan tersendiri yang sama kuatnya, Wali yanv dipilih langsung dari istanbul yang sangat sering berganti, militer yang bahkan mampu menggulingkan seorang Wali, Para Mamalik yang merupakan pemimpin sebenarnya atas masyarakat.

Baca Juga :  Ini Dia Profil Ila Milandari, Pengusaha Sukses Asal Situbondo yang Cantik dan Masih Muda

Mereka bertiga setara dalam hal keburukan, terutama banyak dari para mamalik yang langsung berurusan dengan masyarakat, sebagai contoh sikap keras dari Syekh As-Syarqawi atas Muhammad Bek Alfa yang kerap menjarah masyarakat serta menetapkan pajak yang mencekik. Karena ketidakstabilan politik ini menyebabkan merosotnya aspek-aspek yang lain dan munculnya banyak masalah baru terutama perilaku kriminal.

Datanglah Perancis dengan seluruh kekurangan dan kelebihannya. Hal pertama yang harus ditanyakan adalah, kenapa Mesir? Ada banyak aspek untuk menjawab pertanyaan ini, antara lain adalah hal yang sudah dijelakan di paragraf sebelumnya ditambah posisi yang strategis terutama untuk mencegah Inggris berkembang. Kekayaannya akan peradaban sumber daya, ekonomi, dan hal-hal lainnya yang tidak perlu dibahas disini.

Mereka pertama kali sampai di kota Iskandariyyah (Aleksandria) dan berhasil menguasainya lalu berhasil sampai mengusai daerah Delta Nil dan pada akhirnya berhasil memasuki Kota Kairo. Banyak perlawanan yang sudah diberikan mulai dari para mamalik ataupun kekuatan individu dan kelompok yang lain, tapi kebanyakan harus tumbang.

Maka dengan masuknya Perancis dengan panglimanya Napoleon ke Kairo, resmilah Mesir jatuh pada tangan Perancis, menjadi jajahannya. Maka tinggallah para tokoh masyarakat yang mampu mengendalikan situasi termasuk para ulama, dan di atas mereka semua adalah Syeikh As-Syarqawi.

Hal pertama yang dilakukan Napoleon adalah mendekati dan menghormati tokoh-tokoh tersebut karena ia tahu kedudukan mereka di masyarakat. Maka ia mulai membuat sebuah dewan yang terdiri dari beberapa orang yang diketuai oleh Syekh As-Syarqawi. Dewan ini nantinya akan mengawasi pemerintahan Perancis khususnya dalam hal adat dan agama.

Tidak semua tokoh di Mesir menerima gagasan ini. Langkah strategis yang Napoleon lakukan adalah memuliakan Islam dan masyarakat Mesir dengan cara memeriahkan perayaan Islam bahkan menyuruh tentaranya untuk ikut bergabung. Dengan rasa penasarannya tentang Islam ia membuat sebuah majelis dengan para ulama dan menanyakan perihal Alquran pada mereka.

Tapi hal ini tak lain dan tak bukan hanya pemanis agar masyarakat Mesir menerima pendudukan meraka. Hal ini sudah dipahami oleh masyarakat Mesir sejak awal walau sikap mereka berbeda-beda. Pada akhirnya meletuplah sebuah pemberontakan, sebuah hasil yang berbanding terbalik dari rencana awal Napoleon.

Kedudukan Al Azhar saat Revolusi

Para ulama Al-Azhar terbagi menjadi 2 golongan tentang rencana tsaurah ini; golongan pertama adalah yang mendukung dan ikut andil di dalamnya, diketuai oleh Syekh Muhammad Sadat. Beliau berhasil mengobarkan dua tsaurah walaupun keduanya berhasil dipadamkan. Setelah tsaurah kedua tersebut beliau ditangkap dan disiksa.

Golongan kedua adalah yang memilih jalan diplomasi nan damai. Kelompok ini diketuai oleh Syekh As-Syarqawi.

Beliau percaya bahwa tsaurah ini tidak akan menghasilkan apa-apa sementara posisi Mesir pada saat ini sedang berada di dalam posisi yang ditinggalkan dan tidak menguntungkan. Maka satu-satunya jalan hanyalah dengan bekerjasama sementara dengan para orang Perancis. Berjuang di jalan diplomasi hingga mengarahkan mereka supaya berbuat adil dan sesuai agama.

Beliau juga percaya bahwa Khalifah Ustmani akan datang membantu suatu hari guna mengusir para penjajah ini. Beliau percaya bahwa Napoleon punya ketertarikan yang sangat besar pada Islam dan siapa tahu ia akan masuk Islam di kemudian hari. Atas dasar itu pula, beliau menaruh kepercayaan padanya.

Baca Juga :  Ketua Umum PSSI Berterimasih Pada Timnas U 23 Atas Perjuangan dan Didekasinya

Dari catatan-catatan, kita bisa tahu bahwa Syekh As-Syarqawi selalu meminta keringanan dan pengampunan atas orang-orang yang terlibat tsaurah agar tidak mengundang hal yang lebih buruk lagi. Walaupun beliau pernah ditangkap karena diduga ikut andil dalam pusaran api-revolusi, pada akhirnya beliau dibebaskan dan kembali ke posisi semula.

Jika kita mendalami sikap Syekh As-Syarqawi pada masa ini kita bisa menyimpulkan suatu hal yang luar biasa. Jika beliau mau, beliau bisa dengan mudah menjadikan Mesir seluruhnya sebagai medan perang, akan tetapi beliau sangat memikirkan akibat jika beliau mengambil hal tersebut.

Di sanalah tampak sikap bijak beliau sebagai pemimpin umat. Bayangkan berapa banyak orang-tua akan kehilangan anaknya dan para istri kehilangan suaminya. Tidak hanya itu, juga para pekerja yang kehilangan perkerjaan dan para petani yang kehilangan ladang. Semua itu demi hal yang hampir bisa diyakini kekalahannya.

Maka dari itu beliau menempuh jalur yang kita kenal sebagai jalur politik, itulah medan jihad beliau, jalur tengah dari semua pilihan yang ada. Dan kita bisa lihat banyak hal positif dari keputusan beliau ini. Walaupun banyak dari para ulama dan murid-murid yang terbunuh tapi beliau selalu berdoa semoga datang orang-orang hebat yang menggantikanya. Walaupun Al-Azhar sempat ditutup setelah tsaurah kedua tapi beliau menerima hal tersebut dengan pertimbangan agar Al-Azhar tidak dirubuhkan dan bisa digunakan lagi nantinya.

Hal positifnya adalah beliau berhasil untuk membebaskan para tawanan akibat tsaurah termasuk Syekh Muhammad Sadat yang hampir dihukum mati dan juga banyak hal baik lainnya yang diterima masyarakat Mesir umumnya serta al-Azhar khususnya, terutama dalam bidang keilmuan dan perekonomian, sebagai contoh: dibukanya percetakan & surat-kabar pertama, masuknya ilmu-ilmu modern, dipecahkannya sandi aksara hieroglif, dan yang paling penting adalah Al-Azhar tetap berdiri sampai hari ini.

Setelah kepergian Perancis dari Mesir secara utuh terjadilah kekosongan kepemimpinan. Hal ini diincar oleh banyak kekuatan baik internal seperti para mamalik, lalu para janissaries dan kesultanan itu sendiri, ataupun kekuatan eksternal seperti Inggris dan German. Dan pada akhirnya Khursyid Basya seorang Kurdi dari kubu Usmani menjadi wali atas Mesir. Tetapi kebijakannya banyak ditentang dan tidak disukai oleh rakyat Mesir yang berujung tsaurah di kemudian hari.

Di saat inilah muncul sosok Muhammad Ali. Untuk mengambil simpati rakyat, ia mendekati 2 tokoh besar yang sangat berpengaruh di masyarakat pada saat itu, Sayyid Umar Makram dan Syekh As-Syarqawi.

Setelah mendapatkan kepercayaan rakyat dan berhasil mengobarkan api-revolusi, naiklah Muhammad Ali Basya . Ia menjadi wali Mesir pertama yang dipilih oleh rakyat. Pada masa ini Syekh As-Syarqawi tetap menjadi sosok pemimpin umat, bahkan Muhammad Ali selalu menghormati beliau.(Wahid Mesir)

Berita Terkait

Maksudi Tawarkan “Equilibrium Sosial-Inklusif” untuk PMII Jatim
Garuda Pertiwi Terbang Tinggi! Taklukkan Bahrain 5-1 dan Lolos ke Perempat Final AFC Futsal 2025
Ribuan Pendukung Mas Kiai Gelar Istigasah Akbar dan Do’a bersama
Ketua Umum PSSI Berterimasih Pada Timnas U 23 Atas Perjuangan dan Didekasinya
Dua Pemain Bertahan Timnas U-23 Absen Lawan Guinea, Shin Tae-yong: Petahanan Nyaris Runtuh
Shin Tae-yong Percaya Diri dan Yakin Tim Asuhannya Mencapai Final Piala Asia U 23
DIGITAL ENTREPRENEURSHIP
Presiden Jokowi Nobar Bersama Menteri, Saksikan Timnas Sikat Vietnam 3-0

Berita Terkait

Jumat, 30 Mei 2025 - 10:02 WIB

Maksudi Tawarkan “Equilibrium Sosial-Inklusif” untuk PMII Jatim

Senin, 12 Mei 2025 - 14:50 WIB

Garuda Pertiwi Terbang Tinggi! Taklukkan Bahrain 5-1 dan Lolos ke Perempat Final AFC Futsal 2025

Jumat, 23 Agustus 2024 - 10:52 WIB

Ribuan Pendukung Mas Kiai Gelar Istigasah Akbar dan Do’a bersama

Sabtu, 11 Mei 2024 - 10:51 WIB

Ketua Umum PSSI Berterimasih Pada Timnas U 23 Atas Perjuangan dan Didekasinya

Kamis, 9 Mei 2024 - 10:12 WIB

Dua Pemain Bertahan Timnas U-23 Absen Lawan Guinea, Shin Tae-yong: Petahanan Nyaris Runtuh

Sabtu, 27 April 2024 - 13:29 WIB

Shin Tae-yong Percaya Diri dan Yakin Tim Asuhannya Mencapai Final Piala Asia U 23

Sabtu, 30 Maret 2024 - 15:16 WIB

DIGITAL ENTREPRENEURSHIP

Rabu, 27 Maret 2024 - 19:29 WIB

Presiden Jokowi Nobar Bersama Menteri, Saksikan Timnas Sikat Vietnam 3-0

Berita Terbaru

Berita

Bappeda Sumenep Ajak Mahasiswa Kawal Pembangunan Daerah

Minggu, 29 Jun 2025 - 17:19 WIB