Sumenep, Salam News. Id – Debut film pendek Madura kini sangat banyak dan beragam, terutama dari berbagai channel yang ada. Namun, sebagian besar film pendek tersebut tetap memiliki ciri khas komedi atau jenaka. Meski begitu, setiap film tetap menyelipkan pesan moral yang berharga.
Jenis film ini makin berkembang, dengan munculnya banyak channel, baik yang sudah lama eksis maupun yang baru saja bermunculan. Salah satunya adalah Terak TV Official, yang memasuki tahun pertama dan akan merayakan anniversary pertama pada 2 Maret 2025 mendatang.
Dalam anniversary pertama ini, Terak TV akan meluncurkan Rumah Film sebagai ruang kreatif. Rumah Film ini akan menjadi tempat untuk berbagai kegiatan terkait pembuatan film, termasuk kajian naskah dan ngaji film.

Selain itu, Rumah Film juga akan digunakan untuk evaluasi bersama dalam pembuatan film pendek. Salah satu kegiatan yang akan dilakukan di Rumah Film adalah nobar (nonton bareng) film, yang bertujuan untuk menambah kedekatan antara pembuat film dan penonton.
Nobar santai akan diadakan sebelum dan sesudah pengunggahan film, dengan harapan bahwa setiap minggunya atau dalam interval 10 hingga 12 hari, satu film pendek bisa diproduksi.
Tema film pendek tersebut akan diambil dari fenomena sosial budaya, pendidikan, dan tentu saja disesuaikan dengan preferensi Gen-Z. Hal ini diharapkan dapat menjangkau berbagai kalangan penonton, tanpa memandang usia atau latar belakang mereka.
Sebelum berdirinya Rumah Film, Cak Lisyi, yang akrab disapa sebagai produser, telah menginisiasi wadah persatuan film pendek. Wadah ini diberi nama Persatuan Film Pendek Madura (Performa), yang dibentuk pada Agustus 2024.
Salah satu tujuannya adalah mengajak dan menghubungkan channel besar dengan channel yang baru, untuk saling berbagi ilmu dan berkolaborasi. Kolaborasi tersebut diharapkan dapat memperkaya pengetahuan serta meningkatkan kualitas film pendek Madura.
Namun, dalam upaya tersebut, beberapa channel besar merespons positif, sementara lainnya memberikan alasan kesibukan yang membuat kolaborasi sulit dilakukan.
Walau begitu, Cak Lisyi menekankan bahwa hal tersebut adalah hal yang biasa dalam dunia kerja sama. Yang terpenting, sebagai generasi muda, kita harus tetap berjuang untuk melestarikan budaya Madura, termasuk bahasa dan adat istiadat masyarakat Madura, terutama di Sumenep, ujung timur Pulau Madura.
Hal yang serupa juga disampaikan oleh Sutradara Cak War. Menurutnya, pembuatan film memang membutuhkan pembagian tugas yang jelas, namun kadangkala proses tersebut memerlukan kesabaran.
Tidak semua orang dapat hadir dalam setiap kesempatan atau memberikan izin yang diperlukan. Meski begitu, yang terpenting adalah menjaga kekompakan tim agar bisa tetap eksis dan melanjutkan perjuangan ini untuk generasi mendatang.
Cak War juga menekankan pentingnya memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk berkarya. Hal ini akan membuka peluang bagi kameraman, penulis naskah, dan tim produksi lainnya untuk berkontribusi tanpa bergantung hanya pada satu pihak saja.
Dengan cara ini, diharapkan terjadi regenerasi yang berkelanjutan dalam pembuatan film pendek Madura, dan tidak ada stagnasi dalam proses kreatif tersebut. Pembentukan Rumah Film dan berbagai upaya lainnya merupakan bagian dari usaha melestarikan budaya dan memperkenalkan film pendek Madura ke lebih banyak orang.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan film pendek Madura semakin dikenal dan berkembang, serta mampu memberikan kontribusi positif bagi pelestarian budaya dan kesenian daerah.(Red)