Penulis : Rumzil Azizah, M.Pd. (Kepala SMAS Plus Miftahul Ulum)
Artikel, Salam News. Id – Di era digital saat ini, Gen Z sering menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial tanpa disadari dampaknya pada mental. Mereka terbiasa melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna di layar, lalu mulai membandingkannya dengan kehidupan sendiri.
Padahal, apa yang terlihat di media sosial seringkali hanyalah potongan kecil dari realitas yang telah dipoles sedemikian rupa. Akibatnya, muncul rasa minder, tidak percaya diri, dan bahkan kehilangan semangat dalam menjalani hari-hari yang sebenarnya berarti.
Nilai hidup yang sejati tidak bisa diukur dari jumlah suka atau komentar, tetapi dari tindakan nyata dan niat yang tulus.

Socrates pernah berkata, “Hidup yang tidak dipikirkan adalah hidup yang tidak layak dijalani,” dan ini sangat relevan saat ini.
Artinya, kita semua harus hidup dengan kesadaran, arah yang jelas, dan tidak hanya mengikuti arus tanpa berpikir panjang.
Bangun pagi bukan hanya rutinitas, tapi momen untuk membangun diri, memperbaiki kesalahan, dan memperkuat karakter pribadi kita.
Jangan biarkan hari-harimu berlalu tanpa makna, sekadar hidup tapi tidak benar-benar menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran.
Generasi Z harus berani keluar dari zona nyaman agar tidak menjadi zombie modern yang hidup tanpa tujuan pasti di dunia ini. Pepatah lama berkata, “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit,” menunjukkan pentingnya konsistensi dalam kebiasaan kecil.
Kebiasaan sederhana seperti berkata jujur, membantu orang tua, atau belajar sungguh-sungguh bisa membentuk karakter kuat dan tangguh. Apa yang kita lakukan setiap hari, sekecil apa pun, akan membentuk identitas diri dan arah hidup kita ke depannya nanti.
Hal baik yang konsisten akan menumbuhkan kepercayaan diri dan menjadi fondasi kuat dalam menghadapi tantangan kehidupan yang kompleks. Sikap baik di dunia nyata maupun digital juga sangat penting karena menunjukkan integritas pribadi yang sesungguhnya berharga.
Rasulullah SAW berpesan: “Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara,” yaitu masa muda, sehat, kaya, waktu luang, dan hidup.
Lima hal tersebut sering dianggap sepele, padahal nilainya sangat besar jika disadari sejak dini dan dimanfaatkan sebaik mungkin.
Waktu adalah aset yang tidak bisa kembali. Maka gunakanlah dengan bijak untuk membangun masa depan yang baik dan bermakna.
Jangan menunggu semua berubah, karena setiap detik yang kita lewatkan adalah peluang untuk memperbaiki dan memantaskan diri.
Manfaatkan masa muda ini sebagai masa terbaik untuk tumbuh, belajar, berbuat baik, dan membentuk pribadi yang bertanggung jawab. Hidup seperti biji yang ditanam—ia bisa tumbuh subur atau layu tergantung bagaimana kita merawatnya setiap hari dengan konsisten.
Potensi diri setiap orang berbeda, namun semuanya bisa berkembang jika dirawat dengan semangat, niat, dan tujuan yang jelas.
Jangan takut gagal atau merasa tidak mampu, karena keberhasilan datang dari keberanian untuk mencoba dan terus memperbaiki diri.
Apa yang kita tanam hari ini akan kita panen di masa depan. Maka tanamlah nilai dan tindakan yang benar setiap harinya.
Dengan kemauan kuat dan arah hidup yang baik, kita bisa tumbuh menjadi pribadi yang bermanfaat dan berdampak positif bagi sekitar.
Harapan untuk Gen Z: jadilah generasi yang tidak hanya cepat, tetapi juga tepat dalam memilih langkah dan memanfaatkan waktu.
Kuasai teknologi, tapi jangan diperbudak olehnya. Gunakan sebagai alat untuk membangun, bukan sekadar untuk mencari pengakuan.
Hidup bukan tentang siapa yang paling populer, tapi tentang siapa yang paling tulus dan berdampak dalam kehidupan orang lain.
Jangan hanya mengejar sorotan layar, tapi carilah makna, nilai, dan manfaat yang sesungguhnya bagi diri dan lingkungan.
Karena pada akhirnya, yang paling berarti bukan siapa yang melihatmu, tapi seberapa besar kebaikan yang kamu tinggalkan.(Red)