Sumenep, Salam News. Id – Ketua Aliansi Jaringan Santri Madura, Muhammad Masrul, menegaskan kecaman keras terhadap tayangan Trans7 yang dianggap melecehkan pesantren. Tayangan tersebut menampilkan adegan yang menggambarkan kehidupan santri secara tidak pantas dan penuh stereotip, sehingga menimbulkan luka di hati para kiai dan santri.
Menurut Masrul, pesantren adalah lembaga pendidikan luhur yang membentuk karakter, akhlak, dan ilmu keislaman generasi muda Indonesia sejak dahulu. Ia menilai, konten yang ditayangkan stasiun televisi nasional itu menunjukkan ketidakhormatan terhadap perjuangan para ulama dan nilai-nilai Islam.
“Pesantren bukan tempat yang bisa dijadikan bahan candaan atau parodi,” tegas Muhammad Masrul dalam pernyataannya di Sumenep, Selasa pagi. Ia menilai tayangan tersebut berpotensi menimbulkan persepsi negatif publik terhadap lembaga pendidikan keagamaan yang selama ini menjadi benteng moral bangsa.

Masrul menyebut, banyak santri merasa tersakiti dan kecewa setelah menonton cuplikan yang beredar luas di media sosial. Mereka menilai, stasiun televisi sekelas Trans7 seharusnya lebih berhati-hati dalam menayangkan konten publik yang menyentuh ranah keagamaan dan pendidikan Islam.
Aliansi Jaringan Santri Madura, lanjutnya, menuntut pihak Trans7 segera memberikan klarifikasi dan permintaan maaf Pada pesantren yang telah dilecehkan secara langsung dan terbuka kepada seluruh masyarakat pesantren. Menurutnya, permintaan maaf itu penting untuk meredakan keresahan dan mengembalikan kepercayaan publik terhadap media nasional.
Masrul menambahkan, pihaknya juga mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) agar turun tangan menindak tayangan yang melanggar etika penyiaran tersebut. Ia menilai, KPI harus memberikan sanksi tegas agar kasus serupa tidak terulang di kemudian hari.
“Ini bukan hanya soal pelanggaran etika, tapi juga pelecehan terhadap simbol keagamaan dan dunia pendidikan Islam,” ujarnya penuh emosi. Ia menegaskan, pesantren telah berjasa besar dalam mencetak ulama, pendakwah, dan pemimpin bangsa, sehingga harus dihormati, bukan dihina.
Selain itu, Aliansi Jaringan Santri Madura berencana menggelar aksi damai di depan kantor Trans7 sebagai bentuk protes moral. Mereka akan membawa spanduk berisi seruan agar media lebih bijak dalam menayangkan konten bernuansa keagamaan.
Masrul berharap, kejadian ini menjadi pelajaran bagi seluruh lembaga penyiaran untuk lebih sensitif terhadap nilai-nilai budaya dan agama. Ia juga mengingatkan bahwa kebebasan media harus diimbangi dengan tanggung jawab moral terhadap masyarakat luas.
“Jangan jadikan rating sebagai alasan untuk mengorbankan kehormatan pesantren dan para santri,” tambahnya dengan nada tegas. Ia mengajak seluruh santri di Indonesia untuk tetap tenang namun bersatu dalam menuntut keadilan dan penghormatan terhadap lembaga pendidikan Islam.
Menurutnya, pesantren adalah simbol kesederhanaan, ketulusan, dan perjuangan. Menyentuhnya dengan cara yang salah berarti menyinggung hati jutaan umat. Karena itu, Aliansi Jaringan Santri akan terus mengawal kasus ini hingga mendapatkan kejelasan dan permintaan maaf resmi dari pihak terkait.
Dengan kejadian ini, masyarakat diharapkan lebih selektif dalam mengonsumsi tayangan televisi, terutama yang menyangkut nilai-nilai keislaman. Muhammad Masrul menutup pernyataannya dengan ajakan untuk menjaga marwah pesantren sebagai benteng moral bangsa Indonesia.(*)











