Sumenep, Salam News. Id – Dari pantauan jurnalis salam news.id di lapangan ada puluhan pasang sapi kerap mengikuti Lomba Kerapan Sapi memperebutkan Piala Bupati Sumenep 2025 di Stadion Giling, Minggu. Peserta berasal dari empat Kabupaten di Madura serta dua daerah luar, yaitu Lumajang dan Probolinggo, turut meramaikan perlombaan.
Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo mengatakan, kerapan sapi bukan hanya adu cepat, tetapi sarat makna budaya yang mendalam. Ia menegaskan, kerapan sapi merupakan warisan leluhur yang tak ternilai dan harus dijaga eksistensinya oleh generasi masa kini.
Menurut Bupati yang akrab disapa Cak Fauzi, tradisi ini wajib dilestarikan, dikembangkan, dan diwariskan kepada generasi mendatang. Pelestarian budaya menjadi bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam setiap kegiatan kerapan sapi.

Pemerintah Kabupaten Sumenep berkomitmen menyelenggarakan lomba ini secara rutin untuk mempertahankan budaya dan mendongkrak pariwisata daerah. Kegiatan tahunan ini juga bertujuan memperkenalkan Kabupaten Sumenep sebagai destinasi wisata budaya kepada masyarakat luas bahkan mancanegara.
“Kerapan sapi harus dijaga sebagai kekayaan budaya leluhur yang dapat dibanggakan dan dikenalkan hingga ke tingkat internasional,” katanya. Cak Fauzi mengajak seluruh masyarakat, terutama generasi muda, ikut aktif menjaga serta melestarikan tradisi kerapan sapi secara berkelanjutan.
Ia juga memberikan apresiasi kepada para peternak, joki, dan komunitas yang tetap konsisten mempertahankan tradisi dari generasi ke generasi. Keterlibatan masyarakat lokal dalam pelestarian budaya menjadi kekuatan utama agar kerapan sapi tetap hidup di tengah perkembangan zaman.
Untuk menarik minat generasi muda, pelaksanaan lomba dikemas lebih menarik dan didukung promosi melalui media digital serta teknologi modern. “Di era globalisasi, semua kegiatan budaya harus menyentuh teknologi agar lebih dikenal luas dan diminati wisatawan domestik maupun luar,” ujar Cak Fauzi.
Ia berharap, kerapan sapi dapat menjadi daya tarik wisata unggulan Madura yang dikenal sebagai ikon budaya khas masyarakat Pulau Garam. Tak hanya sebagai hiburan rakyat, kerapan sapi juga memiliki nilai ekonomi karena mendukung sektor peternakan, kerajinan, hingga pariwisata lokal.
Sementara itu, Ketua Panitia Lomba, Miskun Legiyono, mengungkapkan pihaknya telah mempersiapkan sarana dan prasarana secara maksimal. Stadion Giling sebagai lokasi perlombaan telah diperbaiki, termasuk arena pacuan, agar kegiatan berjalan lancar dan aman bagi peserta.
Tahun ini, lomba kerapan sapi akan digelar dua kali, yakni untuk memperebutkan Piala Bupati Sumenep dan Piala Presiden Republik Indonesia. “Total ada 64 pasang sapi kerap yang bertanding, termasuk dari Lumajang dan Probolinggo, untuk memperebutkan hadiah utama,” ungkap Miskun.
Hadiah utama lomba sangat menarik, yakni tiga unit mobil dan enam unit sepeda motor, untuk para juara utama dan finalis terbaik. Selain hadiah utama, disediakan pula berbagai penghargaan lain seperti tropi, piagam, dan uang pembinaan bagi peserta yang berprestasi.
Masyarakat tampak antusias menyaksikan perlombaan, menciptakan suasana meriah sekaligus menumbuhkan kebanggaan terhadap budaya lokal Madura.
Pemerintah berharap event ini dapat terus berkembang dan menjadi agenda tahunan nasional yang dikenal oleh lebih banyak kalangan. Dengan dukungan seluruh pihak, kerapan sapi diyakini bisa bertahan, berkembang, dan dikenal sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia.(*)