 |
Foto bersama mahasiswa Posko III Kukerta Tahun Akademik 2021/2022 STAIM Sumenep di Desa Larangan Kerta, Batuputih, Sumenep, usai Seminar Pendidikan, Senin (31/1/2022). (Foto: Rofiqi for SalamNews.Id) |
Sumenep, SalamNews.Id – Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Ulum (STAIM) Tarate, Pandian, Sumenep yang sedang menjalankan Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) Tahun Akademik 2021/2022 adakan Seminar Pendidikan.
Seminar tersebut digagas oleh mahasiswa Posko III dengan tema “Potret Pendidikan Masa Kini (Membangun Kesadaran Belajar dan Peningkatan Mutu Guru)” bertempat di Balai Desa Larangan Kerta, Kecamatan Batuputih, Senin, 31 Januari 2022.
Ketua Posko III Kukerta ’22
STAIM Sumenep Sofiyatul Kamil menyampaikan, tema yang diangkat kelompoknya lahir dari amatan situasi dan kondisi pendidikan di masa kini yang masih rendah akibat akulturasi budaya.
Pihaknya berharap, melalui seminar
pendidikan tersebut, dapat mengupas secara mendalam persoalan pendidikan yang terjadi saat ini, untuk mendorong semangat belajar sekaligus meningkatkan mutu pengajar.
“Maka dari itu, kami berinisiatif mengundang para guru, tokoh masyarakat dan pemuda desa,” ujar Sofiyatul Kamil.
Seminar
pendidikan yang digelar Posko III Kukerta ’22 STAIM Sumenep itu mendapat apresiasi dari Pemerintah Desa Larangan Kerta, Kecamatan Batuputih.
Kepala Desa Larangan Kerta yang diwakili perangkatnya, Samsul Hilal menyampaikan terima kasih karena desanya ditempati mahasiswa Kukerta ’22 STAIM
Sumenep.
Menurut Samsul Hilal, keberadaan mahasiswa Kukerta itu mempunyai nilai positif bagi masyarakat Desa Larangan Kerta dalam menyongsong perubahan.
“Terima kasih atas acara seminar pendidikan ini, karena dengan acara ini bisa menambah pengetahuan bagi para guru dan para wali murid tentang begitu pentingnya pendidikan,” ujar Samsul Hilal.
Sementara Dedi Eko Riyadi HS selaku pemateri mengaku sangat senang mahasiswa Posko III Kukerta ’22 STAIM
Sumenep mampu membaca situasi dan kondisi pendidikan terkini di masyarakat setempat.
“Belajar adalah proses mencari, memahami, menganalisis suatu keadaan, sehingga terjadi perubahan perilaku,” katanya
Dia juga mengingatkan, bahwa menjadi guru bukan untuk membuat siswa menjadi pintar. Orang yang mengajarkan kebaikan (guru) termasuk orang-orang yang beruntung.
Keuntungan itu, lanjut Dedi Eko Riyadi HS, tidak bisa diukur dengan dunia. Termasuk tidak diukur oleh sukses tidak sukesnya siswa.
“Baik siswa itu nakal ataupun tidak, pintar atau tidak, asalkan Anda tidak berhenti jadi guru, Anda sudah dicap orang yang beruntung,” tegas dosen tetap sekaligus Kepala LPM STAIM Sumenep itu. (rofiqi/red)