Festival ini dibuka dengan persembahan Tari Pesisir, tarian klasik yang menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dan laut. Gerakan penari yang lembut namun bertenaga, dipadu dengan musik tradisional, menciptakan kesan mendalam bagi penonton.
Tari Pesisir bukan hanya hiburan visual, tetapi juga pesan yang menggambarkan cinta terhadap budaya dan alam.
Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, menyampaikan, “Ini bukan sekadar pertunjukan, tetapi pesan cinta kami kepada budaya. Kami ingin dunia tahu: Sumenep punya mahakarya.” Pernyataan ini menggambarkan pentingnya festival ini dalam memperkenalkan kebudayaan Sumenep ke dunia internasional.

Tak hanya tarian, festival ini juga menampilkan keindahan busana adat Madura, seperti Sakera dan Marlena. Busana tradisional tersebut bukan hanya pakaian, tetapi simbol keberanian dan keanggunan masyarakat Madura yang tetap menjaga warisan budaya.
Para peserta dengan bangga mengenakan busana tersebut, menciptakan panorama budaya yang memesona di atas panggung.
“Melalui busana ini, kami memperkenalkan jati diri. Sakera dan Marlena adalah cerita kami, adalah Sumenep,” jelas Bupati Fauzi. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya busana adat dalam menjaga identitas budaya Madura yang tidak tergerus zaman.
Ketupat, yang menjadi bintang utama festival ini, bukan sekadar sajian kuliner. Ketupat adalah simbol tradisi yang menyatukan keluarga dan mempererat ikatan sosial.
Berbagai varian ketupat disajikan dalam festival ini, mulai dari yang klasik hingga yang inovatif, semuanya menggugah selera para pengunjung yang datang dari berbagai penjuru.
Menurut Kepala Disbudporapar Sumenep, Mohammad Iksan, Festival Ketupat lebih dari sekadar mengenalkan kuliner khas. “Ini tentang membuka jendela dunia agar mereka mengenal siapa kami.
Budaya adalah bahasa universal, dan kami berbicara melalui festival ini,” ujar Iksan. Pernyataan ini menegaskan bahwa festival ini juga berfungsi sebagai ajang diplomasi budaya yang memperkenalkan Sumenep ke dunia luar.
Selain kuliner dan pertunjukan seni, festival ini juga menyuguhkan pameran produk lokal, hiburan rakyat, dan interaksi budaya antarwarga.
Semua kegiatan ini menciptakan suasana yang penuh kegembiraan dan kekeluargaan, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Festival ini berhasil memadukan berbagai elemen budaya dalam satu kesatuan yang harmonis dan menarik.
Keindahan alam Pantai Slopeng menambah pesona festival ini. Laut biru dan pasir putih yang menghampar menjadi latar belakang yang sempurna, menyempurnakan suasana acara.
Pantai ini menjadi panggung terbuka yang siap menyambut ribuan pengunjung yang ingin merasakan pengalaman budaya yang unik.
Meskipun hanya berlangsung satu hari, Festival Ketupat meninggalkan dampak yang mendalam. Gema budayanya dipastikan akan terus terngiang di benak masyarakat.
Festival ini bukan sekadar acara tahunan, tetapi juga tonggak penting dalam upaya menjadikan Sumenep sebagai destinasi wisata budaya terkemuka di Jawa Timur, bahkan Indonesia.
“Untuk siapa pun yang ingin merasakan budaya Madura, ini adalah waktu yang tepat. Datanglah, saksikan, dan rasakan sendiri pengalaman yang tak terlupakan,” pungkas Mohammad Iksan.
Festival Ketupat 2025 adalah kesempatan emas untuk menikmati keindahan budaya Madura dalam suasana yang penuh kehangatan dan kebersamaan.(*)