Sumenep, Salam News. Id – Anggota DPRD Sumenep dari Dapil Arjasa, Wahyudi, S.Sos., menyuarakan kemarahan atas dugaan tindakan asusila oleh SN. SN (53), diketahui merupakan tokoh agama sekaligus Ketua Yayasan Darul Abrar yang berlokasi di Desa Angkatan, Arjasa.
Dalam pernyataan resminya, Wahyudi menilai bahwa dugaan perbuatan SN merupakan bentuk pengkhianatan terhadap kepercayaan masyarakat. Ia menyebut, tindakan tersebut tidak hanya melanggar hukum, tapi juga meninggalkan luka mendalam pada para korban remaja.
“Pelaku harus dihukum seberat-beratnya! Ini bukan pelanggaran biasa, tapi kejahatan terhadap moral dan kemanusiaan,” tegasnya. Menurutnya, kasus tersebut telah menimbulkan trauma berkepanjangan dan mencederai masa depan anak-anak yang masih di bawah umur.

Wahyudi juga meminta agar Yayasan Darul Abrar ditutup permanen sebagai bentuk sanksi sosial terhadap institusi yang disalahgunakan. “Lembaga itu sudah kehilangan fungsi. Harus ditutup agar tidak ada lagi korban berikutnya,” ujarnya, Sabtu (7/6/2025).
Tak hanya mengecam, Wahyudi langsung berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk menyelamatkan pendidikan para santri terdampak. Ia mengaku sudah meminta agar para korban segera dipindahkan ke lembaga pendidikan yang lebih aman dan terpercaya.
“Anak-anak itu butuh perlindungan. Mereka harus tetap belajar, tapi di tempat yang membina, bukan menyakiti,” tambahnya. Pihak Dinas Pendidikan pun dikabarkan mulai menyusun langkah penanganan terhadap santri agar proses belajar tetap berjalan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, dugaan pencabulan dilakukan oleh SN di rumahnya yang juga berfungsi sebagai lokasi yayasan. Ironisnya, tempat yang seharusnya menjadi sarana pembinaan justru dijadikan lokasi praktik amoral yang sangat keji.
Korban diduga berjumlah belasan anak dengan usia antara 14 hingga 16 tahun yang tinggal dan diasuh di yayasan tersebut. Warga sekitar menyampaikan kegeraman dan meminta aparat hukum segera mengambil tindakan tegas tanpa pandang bulu.
“Kami minta pelaku dihukum seberat mungkin, ini menyangkut masa depan anak-anak kami,” kata warga yang tak ingin disebutkan. Menurutnya, peristiwa ini sangat merusak citra lembaga keagamaan dan kepercayaan publik terhadap tokoh agama lokal.
Pihak kepolisian dilaporkan tengah melakukan penyelidikan intensif serta mendalami keterangan dari para korban dan saksi. Kapolres Sumenep menyatakan bahwa proses hukum akan berjalan sesuai prosedur dan berkomitmen menuntaskan kasus ini.
Kasus ini mendapat perhatian luas karena menyangkut tokoh agama yang seharusnya menjadi teladan moral masyarakat. Masyarakat menanti kepastian hukum dan berharap tragedi serupa tidak lagi terulang di lingkungan pendidikan keagamaan.
DPRD pun berjanji akan terus mengawal jalannya proses hukum dan memastikan pemulihan psikologis korban berjalan baik. Wahyudi menegaskan bahwa anak-anak adalah aset bangsa dan tidak boleh dikhianati oleh siapa pun, apalagi oleh pendidik.(*)